Makalah Lengkap Mikrobiologi Pertanian
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikrobiologi pertanian
adalah ilmu yang mempelajari tentang peranan mikroba dalam bidang pertanian.
Mikrobiologi Pertanian merupakan penggunaan mikrobiologi untuk tujuan
memecahkan masalah-masalah praktis di bidang pertanian. Rhizobium adalah basil yang
gram negatif yang merupakan penghuni biasa didalam tanah. Rhizobium adalah bakteri yang bersifat aerob, bentuk batang,
koloninya berwarna putih berbentuk sirkular, merupakan penambat nitrogen yang
hidup di dalam tanah dan berasosiasi simbiotik dengan sel akar legume leguminoceae atau disebut juga facebeae merupakan tanaman berbunga yang
dikenal sebagai keluarga kacang kacangan. Mikoroza adalah fungi akar yang
memiliki fungsi yaitu dapat memperpanjang jangkauan akar dan dapat memasuki
tanah dengan ukuran pori yang sangat kecil.
Penemuan fiksasi
nitrogen yang konsisten dalam ekstrak yang bebas sel dari Clostridium
pasteurianum oleh Carnahan dan kawan-kawan di laboratorium Du Pont di Amerika
Serikat pada tahun 1960, merupakan tonggak sejarah dalam bidang fiksasi
nitrogen secara biologi. Perluasan pengetahuan yang cepat dalam genetika
bakteri telah memberikan pengaruh besar dalam studi mengenai bakteri penambat
N. Genetika mikroorganisme penambat nitrogen dipelajari oleh Postgate dan
kawan-kawan di Inggris dan gen yang bertanggungjawab untuk fiksasi nitrogen
sudah berhasil dipindahkan dari bakteri penambat nitrogen ke bakteri yang bukan
penambat nitrogen.
Klasifikasi rhizobium Kingdom : Monera,
Kelas : Psilopsida, Ordo : Psilotales,
Family : Psilotaceae,
Genus : Rhizobium,
Species : Rhizobium leguminosarum.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui
manfaat Rhizobium leguminosarum sebagai
mikrobiologi dalam pertanian.
1.3
Manfaat
Mengetahui manfaat Rhizobium leguminosarum sebagai
mikrobiologi dalam pertanian.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian Rhizobium sp.
Rhizobium
berasal dari dua kata yaitu Rhizo
yang artinya akar dan bios yang
berarti hidup. Rhizobium adalah bakteri yang bersifat aerob, bentuk batang,
koloninya berwarna putih berbentuk sirkulasi, merupakan penghambat nitrogen
yang hidup di dalam tanah dan berasosiasi simbiotik dengan sel akar legume,
bersifat host spesifik satu spesies Rhizobium
cenderung membentuk nodul akar pada satu spesies tanaman legume saja. Bakteri
Rhizobium adalah organotrof, aerob, tidak berspora, pleomorf, gram negatif dan
berbentuk batang. Bakteri rhizobium mudah tumbuh dalam medium pembiakan organik
khususnya yang mengandung ragi atau kentang. Pada suhu kamar dan pH 7,0 – 7,2.
Novriani (2011), menyatakan bahwa Rhizobium merupakan kelompok bakteri yang bisa menyediakan hara
bagi tanaman kedelai. Kelompok bakteri ini mampu menginfeksi akar tanaman dan
membentuk bintil akar jika bersimbiosis dengan tanaman legum. Bintil akar bisa
memfiksasi N2 di atmosfer dan menyalurkannya sebagai unsure hara
pada tanaman inang. Rhizobium juga
bisa menghasilkan zat pengatur tumbuh tanaman, seperti auksin dan sitokinin.
Peranan rhizobium
terhadap pertumbuhan tanaman khususnya berkaitan dengan masalah ketersediaan
nitrogen bagi tanaman inangnya. Pada tanaman legum, Rhizobium mampu mencukupi 80% kebutuhan nitrogen tanaman legum dan
meningkatkan produksi antara 10% - 25%. Tanggapan tanaman sangat bervariasi
tergantung pada kondisi tanah dan efektivitas populasi asli.
2.2 Manfaat Nitrogen Bagi Tanaman
Nitrogen adalah unsur yang diperlukan untuk membentuk
senyawa penting di dalam sel, termasuk protein, DNA dan RNA. Tanaman harus
mengekstraksi kebutuhan nitrogennya dari dalam tanah. Sumber nitrogen yang
terdapat dalam tanah, makin lama makin tidak mencukupi kebutuhan tanaman,
sehingga perlu diberikan pupuk sintetik yang merupakan sumber nitrogen untuk
mempertinggi produksi. Keinginan menaikkan produksi tanaman untuk mencukupi
kebutuhan pangan, berakibat diperlukannya pupuk dalam jumlah yang banyak.
Industri pupuk yang ada belum dapat memenuhi kebutuhan pupuk yang semakin
meningkat. Untuk itu perlu dicari pupuk nitrogen alternatif dan rekayasa gen
hijau yang kelihatannya dapat memberikan harapan untuk memenuhi kebutuhan pupuk
di masa yang akan datang (Dewi, 2007).
Nasikah (2007) menyatakan nitrogen di atmosfer dapat
berupa Urea CO(NH2)2; N2 dan N. Akan tetapi, tidak ada yang secara langsung
dapat digunakan oleh tanaman. Sehingga setiap saat para petani harus
menambahkan sumber nitrogen ke dalam tanah dalam bentuk pupuk anorganik yang
mengandung nitrogen, seperti Urea, ZA dan NPK. Nitrogen bagi tanaman berfungsi
sebagai penyusun protoplasma, molekul klorofil, asam nukleat, dan asam amino
yang merupakan penyusun protein. Nitrogen memasuki tanah dalam bentuk ammonia
dan nitrat (NH3) bersama air hujan, dalam bentuk hasil penambatan N2 oleh
mikroba atau dalam bentuk penambahan pupuk sintesis. Kandungan nitrogen tanah
yang cukup tinggi lebih banyak disebabkan oleh adanya kemampuan beberapa
mikroba untuk memfiksasinya, N organik yang terbentuk kemudian diubah menjadi
ammonia melalui proses deaminasi, karena ammonia dapat Rhizobium:
Pemanfaatannya Sebagai Bakteri Penambat Nitrogen secara langsung diasimilasikan oleh mikroba
atau diubah terlebih dahulu menjadi senyawa nitrat secara nitrifikasi.
2.3 Karakteristik Bakteri Rhizobium
Bakteri
Rhizobium adalah salah satu contoh
kelompok bakteri yang mampu menyediakan hara bagi tanaman. Apabila bersimbiosis
dengan tanaman legum, kelompok bakteri ini akan menginfeksi akar tanaman dan
membentuk bintil akar di dalamnya. Rhizobium
hanya dapat memfiksasi nitrogen atmosfer bila berada di dalam bintil akar dari
mitra legumnya. Peranan Rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman khususnya
berkaitan dengan ketersediaan nitrogen bagi tanaman inangnya. Bakteri Rhizobium merupakan mikroba yang mampu
mengikat nitrogen bebas yang berada di udara menjadi ammonia (NH3) yang akan
diubah menjadi asam amino yang selanjutnya menjadi senyawa nitrogen yang
diperlukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang, sedangkan Rhizobium sendiri memperoleh karbohidrat sebagai sumber energi dari
tanaman inang.
Surtiningsih, et al. (2009) menjelaskan karakteristik
bakteri Rhizobium secara makroskopis
adalah warna koloni putih susu, tidak transparan, bentuk koloni sirkuler,
konveks, semitranslusen, diameter 2 - 4 mm dalam waktu 3 - 5 hari pada agar
khamir-manitol-garam mineral. Secara mikroskopis sel bakteri Rhizobium
berbentuk batang, aerobik, Gram negatif dengan ukuran 0,5 - 0,9 x 1,2 - 3 µm,
bersifat motil pada media cair, umumnya memiliki satu flagella polar atau
subpolar. Untuk pertumbuhan optimum dibutuhkan temperatur 25 - 30°C, pH 6 - 7
(kecuali galur-galur dari tanah masam). Lebih lanjut Soepardi (1989) dalam
Nasikah (2007) menjelaskan bahwa suhu optimal untuk Rhizobium berkisar 18°C - 26°C, minimal 3°C dan maksimal 45°C.
Sedangkan kisaran pH optimal untuk Rhizobium
adalah sedikit di bawah netral hingga agak alkali, kendati demikian pada pH 5,0
beberapa strain Rhizobium masih dapat
bertahan hidup. Bakteri Rhizobium bersifat kemoorganotropik, yaitu dapat
menggunakan berbagai karbohidrat dan garam-garam asam organik sebagai sumber
karbonnya.
Organisme
ini memiliki ciri khas yaitu dapat menyerang rambut akar tanaman
kacang-kacangan di daerah beriklim sedang atau beberapa daerah tropis dan
mendorong memproduksi bintil-bintil akar yang menjadikan bakteri sebagai
simbiosis intraseluler. Kehadiran bakteri pada bintil-bintil akar sebagai
bentuk pleomorfik di mana secara normal termasuk dalam fiksasi nitrogen
atmosfer ke dalam suatu bentuk penggabungan yang dapat dimanfaatkan oleh
tanaman inang. Semua galur bakteri bintil akar menunjukkan afinitas terhadap
inang.
2.4 Potensi Bakteri Rhizobium
Salah satu usaha
meningkatkan penambatan nitrogen adalah inokulasi menggunakan strain Rhizobium yang sesuai dan efektif.
Penelitian yang dilakukan oleh Suharjo (2001) dalam Surtiningsih, et al. (2009)
menyatakan bahwa pemberian isolat Rhizobium dapat meningkatkan tinggi tanaman
kedelai. Selanjutnya dari hasil penelitian Kurniaty, et al. (2013) menunjukkan
bahwa inokulasi Rhizobium memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan
tinggi, diameter dan jumlah nodul akar bibit Kaliandra umur 5 bulan di
persemaian.
Sumber energinya
berasal dari oksidasi senyawa-senyawa organik seperti sukrosa dan glukosa.
Dengan demikian, untuk mendapatkan senyawa organik tersebut, bakteri
membutuhkan tanaman inang. Bentuk simbiosis antara tanaman legum dengan Rhizobium
adalah simbiosis mutualisme, karena bakteri dalam bersimbiosis menginfeksi
tanaman dan tanaman menanggapinya dengan membentuk bintil (nodul). Bakteri
Rhizobium memperoleh makanan berupa mineral, gula/karbohidrat dan air dari
tanaman inangnya, sedangkan bakteri memberi imbalan berupa nitrogen yang
ditambatnya dari atmosfer.
2.5 Peranan Rhizobium Sebagai Bakteri
Penambat N2
Fiksasi
(penambatan) nitrogen merupakan proses biokimiawi di dalam tanah yang memainkan
salah satu peranan paling penting, yaitu mengubah nitrogen atmosfer (N2, atau
nitrogen bebas) menjadi nitrogen dalam persenyawaan/nitrogen tertambat. Adapun
genusgenus bakteri yang dapat mengikat N2 di udara yaitu Azotobacter,
Clostridium, dan Rhodospirilum. Selain itu, dikenal pula genus bakteri yang
mampu mengikat N2 bebas, tetapi hanya dapat hidup jika bersimbiosis dengan
tanaman dari suku Leguminoceae, yaitu genus Rhizobium
(Nasikah, 2007).
Rhizobium
masuk ke dalam akar legum melalui rambut akar atau secara langsung ke titik
munculnya akar lateral. Rambut akar merupakan bagian tanaman yang pertama kali
dapat memberikan respon karena terinfeksi Rhizobium.
Di dalam bintil akar tidak hanya terdapat satu strain Rhizobium saja, mungkin dua atau lebih strain hidup bersama-sama di
dalam satu bintil akar. Meskipun demikian, beberapa genus hanya ditemukan pada
tanaman inang tertentu (spesifik) saja. Strain Rhizobium mampu menginfeksi legum dengan melepaskan polisakarida
spesifik yang menyebabkan lebih banyak aktivitas pektolitik oleh akar. Beberapa
berpendapat bahwa robekan mekanik terjadi di mana Rhizobium masuk ke dinding rambut akar yang pecah dan Rhizobium terperangkap sampai rambut
akar yang telah berubah bentuk terbungkus kembali (Dewi, 2007).
Dewi (2007) menyatakan terbentuknya nodula
akar dimulai dengan masuknya infeksi benang dan berpenetrasi ke dalam akar dari
sel ke sel. Sel ini terbagi membentuk jaringan nodula di mana bakteri ini
membelah dan menggandakan diri. Batas pemisah pun berkembang, lokasi pusat di
mana bakteri berada dinamakan zona bakteri yang ditandai dengan adanya nodula
dari bakteri yang menyerangnya, sedangkan jaringan bebas dinamakan korteks
nodula. Jaringan nodula tumbuh dalam berbagai ukuran, mendorong dirinya melalui
akar dan kemudian muncul sebagai tambahan dalam sistem perakaran. Ukuran dan
bentuknya bergantung pada spesies dan tanaman legumnya.
Ada dua tipe nodula,
yaitu efektif dan inefektif. Nodula efektif dibentuk oleh strain efektif dari
Rhizobium. Nodula ini berkembang dengan baik, berwarna merah muda akibat adanya
pigmen leghaemoglobin. Jaringan bakteroid berkembang baik dan terorganisasi
dengan baik dengan banyak bakteroid (Dewi, 2007). Surtiningsih, et al. (2009)
menyatakan terbentuknya bintil akar efektif yang lebih banyak mampu
meningkatkan penambatan nitrogen yang selanjutnya untuk membentuk klorofil dan
enzim. Peningkatan klorofil dan enzim mampu meningkatkan fotosintesis yang pada
akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan generatif (hasil produksi
biji) tanaman. Berbeda dengan strain inefektif dari Rhizobium, bentuk nodula
umumnya kecil dan berisi sedikit jaringan bakteroid yang berkembang,
menunjukkan akumulasi tepung dalam sel tanaman inang yang tidak berisi Rhizobium. Bakteroid dalam nodula
inefektif berisi glikogen.
Terjadinya simbiosis antara tanaman inang tertentu dengan
Rhizobium ditentukan paling sedikit
dua tahap perubahan sinyal yang saling bergantian antara tanaman dan
mikrosimbiotik. Pertama, gen bakteri nodulasi (nod) aktif dalam merespon sinyal
molekul yang dikeluarkan tanaman seperti flavonoid, dihasilkan dari biosintesis
dan sekresi lipochitooligosaccharides (LCOs) oleh bakteri Rhizobium. Tahap kedua, LCOs mendatangkan bentuk nodul pada akar tanaman
inang dan memicu proses infeksi. LCOs yang menyebabkan bentuk akar bernodula
pada tanaman inang dinamakan faktor Nod (Dewi, 2007).
Dewi (2007) menjelaskan bahwa fiksasi nitrogen melibatkan
penggunaan ATP dan proses reduksi ekuivalen yang berasal dari metabolisme
primer. Semua reaksi yang terjadi dikatalisis oleh nitrogenase. Enzim ini
mengandung 2 molekul nutrien yaitu molekul protein besi dan 1 molekul protein
molibden besi. Reaksi ini berlangsung ketika molekul N2 terikat pada kompleks
enzim nitrogenase. Protein Fe mula-mula direduksi oleh elektron yang diberikan
oleh ferredoksin. Kemudian Fe reduksi mengikat ATP dan mereduksi protein
molibden besi yang memberikan elektron pada N2 sehingga menghasilkan NH=NH.
Pada dua daur berikutnya prosesi ini (masing-masing membutuhkan elektron yang
disumbangkan oleh ferredoksin) NH=NH direduksi menjadi H2N-NH2 dan selanjutnya
direduksi menjadi NH3 tergantung pada jenis mikrobanya, ferredoksin reduksi
yang memasok elektron untuk proses ini diperoleh melalui fotosintesis,
respirasi atau fermentasi.
Hamzah (2013) menambahkan bahwa produk akhir dari proses
pengikatan nitrogen adalah Amoniak (NH3) dan air. Enzim nitrogenase akan hancur
ketika kontak dengan oksigen. Oleh karena itu, proses pengikatan nitrogen hanya
terjadi pada kondisi anaerob (tanpa oksigen) atau oksigen yang dinetralkan
dengan bahan kimia lain seperti Leghemoglobin.
Beberapa faktor yang berpengaruh pada proses fiksasi
nitrogen, di antaranya (1) terdapatnya tanaman inang yang sesuai; (2) derajat
keasaman tanah atau pH tanah; (3) ketersediaan hara; (4) kondisi fisik tanah
(misalnya tergenang); dan (5) adanya serangan virus bakteri (bacteriophage)
dapat menyebabkan berkurangnya populasi Rhizobium dalam tanah. Penambatan
nitrogen secara biologis diperkirakan lebih dari 170 juta ton nitrogen ke
biosfer per tahun, 80 % di antaranya merupakan hasil simbiosis antara bakteri
Rhizobium dengan tanaman leguminosa. Simbiosis yang terjadi mampu memenuhi 50 %
atau bahkan seluruh kebutuhan nitrogen tanaman yang bersangkutan dengan cara
menambat nitrogen bebas.
Di samping itu, bakteri Rhizobium mempunyai dampak yang
positif baik langsung maupun tidak langsung terhadap sifat fisik dan kimia
tanah, sehingga mampu meningkatkan kesuburan tanah. Namun demikian, dalam kehidupannya
bakteri Rhizobium tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, terutama pH
tanah, kondisi fisik, kimia serta biologi tanah (Purwaningsih, 2008).
Biofertilisasi bakteri Rhizobium adalah pemberian bakteri simbiotik Rhizobium
penambat nitrogen pada tanaman (Surtiningsih, et al., 2009). Kemampuan bakteri
Rhizobium menambat nitrogen telah banyak dilaporkan. Diperkirakan dalam
setahun, bakteri ini mampu menambat N udara antara 50 - 600 kg/ha. Angka
sebesar itu, jika disetarakan dengan pupuk urea menjadi sekitar 100 - 1300
kg/ha. Pemberian bakteri simbiotik penambat nitrogen diharapkan dapat menambah
sumber nitrogen yang murah sehingga membantu mengurangi biaya produksi,
mengingat pupuk kimia urea harganya semakin mahal dan penggunaan terus-menerus
pupuk kimia tersebut dapat mencemari lingkungan.
III.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mengingat besarnya peranan bakteri Rhizobium, maka keberadaan bakteri
tersebut perlu dikonservasi dan diisolasi dalam bentuk koleksi kultur. Koleksi
kultur bakteri memberikan jaminan bahwa bakteri yang telah dideskripsikan
tersimpan dengan aman dan baik, sehingga tersedia setiap saat untuk keperluan
generasi sekarang dan masa mendatang. Untuk selanjutnya isolat-isolat bakteri
dari suatu daerah akan digunakan kembali di kawasan tersebut sehingga mempunyai
peluang keberhasilan yang lebih tinggi penggunaan inokulan yang berasal dari
daerah lain (Purwaningsih, 2008).
Ketersediaan nitrogen bagi tanaman
sangat penting sebagai penyusun protoplasma, molekul klorofil, asam nukleat,
dan asam amino. Kandungan senyawa nitrogen tanah yang cukup tinggi disebabkan
adanya mikroba tanah yang memfiksasinya dari udara. Keuntungan memanfaatkan bakteri penambat
nitrogen sebagai pupuk hayati adalah tidak mempunyai bahaya atau efek samping,
efisiensi penggunaan dapat ditingkatkan tanpa menimbulkan bahaya pencemaran
terhadap lingkungan, harga yang relatif murah, dan teknologi yang cukup
sederhana. - Perlu konservasi dan isolasi bakteri penambat nitrogen (Rhizobium)
dalam bentuk koleksi kultur.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T.
2005. Kedelai Budi Daya dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran
Bintil Akar. Jakarta: Penebar Swadaya.
Alfiah, T. 2014.
Struktur dan Komposisi Atmosfer. http://Tatyalfiah.files.wordpress.com. Diakses
Tanggal 16 Juli 2014.
Ashari, S. 2006.
Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta : UI Press.
Dewi, I. R. A.
2007. Fiksasi N Biologis pada Ekosistem Tropis. Makalah pada Fakultas
Pertanian. Universitas Padjajaran. Jatinangor.
Hamzah. 2013.
Proses Fiksasi Nitrogen. http://Hamzahagriculture.blogspot.com. Diakses Tanggal
7 Agustus 2014.
Nasikah. 2007.
Pengaruh Inokulasi Rhizobium dan Waktu Pemberian Pupuk N (Urea) terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Kedelai di Lahan Sawah setelah Kedelai (Glycine Max (L)
Merril.). Skripsi pada Jurusan Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi.
Universitas Islam Negeri Malang. Malang.
Novriani. 2011.
Peranan Rhizoma dalam Meningkatkan Ketersediaan Nitrogen bagi Tanaman Kedelai. Agronobis. 3(5): 35-42
Purwaningsih, S.
2008. Populasi Bakteri Rhizobium di Tanah pada Beberapa Tanaman dari Pulau
Buton, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Tanah Trop, 14 (1):
65 - 70.
Surtiningsih,
T., Farida, dan T. Nurhariyati. 2009. Biofertilisasi Bakteri Rhizobium pada
Tanaman Kedelai (Glycine max(L) Merr.). Berk. Penel. Hayati, 15 : 31–35.
Komentar
Posting Komentar