Ceramah
Beramal
Lebih Baik Lagi
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّينِ،
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْـمَـعِينَ،
وَرَسُولُه
Kaum muslimin yang dirahmati
Allah SWT.,
Puji syukur kita
haturkan ke hadhirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kita
dimudahkan untuk melaksanakan berbagai ketaatan dan ibadah kepada-Nya.bersyukur
kepada Allah SWT, atas petunjuk yang Dicurahkan, sehingga kita bisa menyembah,
beribadah dan tunduk terhadap aturan-Nya.
Sholawat serta salam
mari haturkan kepada junjungan kita Nabiulloh Muhammad Sollallohu ‘alaihi
wasalam yang mana berkat perjuangan dan para sahabat-sahabatnya kita dapat
hidup dari dunia penuh dengan kegelapan menuju dunia yang terang benderang
yakni addinul islam.
Terimaksih kami haturkan
kepada pembawa acara dan para dewan juri yang telah memberikan waktu kepada
kami untuk menyampaikan qultum dengan judul yang diusung adalah Beramal Lebih
Baik Lagi.
Hadirin
yang dimuliakan Allah
Perjalanan waktu seolah begitu cepatnya berjalan. Hari ke
pekan, minggu ke bulan, bergerak ke tahun. Seperti hitungan detik. Seolah baru
kemarin kita anak-anak, sekolah, remaja, berumah tangga. Dan kini sudah punya anak bahkan cucu.
Akselerasi tahun lama ke tahun baru berikutnya sedemikian
cepatnya. Sehingga kita sekarang berada di penghujung tahun1441 Hijriyah, dan
memasuki tahun baru 1442 Hijriyah.
Hal ini menunjukkan semakin berkurangnya waktu hidup kita
di dunia dan mengingatkan semakin dekatnya usia kita menuju alam akhirat. Maka,
menjadi waktu terbaik untuk selalu introspeksi diri atas segala amal yang telah
kita kerjakan, agar selalu semakin lebih baik dan lebih baik lagi.
Allah mengingatkan kita di dalam ayat-Nya:
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ
نَفۡسٌ۬ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٍ۬ۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ
بِمَا تَعۡمَلُونَ (١٨)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok [akhirat], dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al-Haysr [59]:
18)
Kita harus selalu berprinsip bahwa semakin tambah umur,
harus semakin baik pula amal kebaikannya. Seperti Rasulullah sebutkan di dalam
haditsnya:
خَيْرُالنَّاسِ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ
وَشَرُّالنَّاسِ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَسَاءَعَمَلُهُ.
Artinya: “Sebaik- baik manusia adalah orang yang
panjang umurnya dan bagus amalnya dan seburuk-buruk manusia adalah orang yang
panjang umurnya dan buruk amalnya.” (HR. Ahmad, Turmudzi dan Hakim).
Hadirin yang berbahagia
Karunia waktu adalah sesuatu yang sangat berharga bagi
kita seorang Muslim. Bahkan lebih berharga daripada harta dunia yang kita
miliki. Karena harta dunia apabila hilang maka masih bisa kita cari. Sementara
waktu apabila telah berlalu tidak mungkin untuk kembali lagi.
Sehingga tidak ada yang tersisa dari waktu yang telah
lewat kecuali apa yang telah dicatat oleh malaikat. Baik buruk, besar kecil,
semua tercatat sebagai amal kita.
Maka sungguh betapa ruginya orang yang tidak memanfaatkan
waktunya untuk selalu menambah amal kebajikan, apalagi jika kemudian malah
dipenuhi dengan kemaksiatan demi kemaksiatan.
Rugilah kita jika tidak memanfaatkan waktu dengan
sebaik-baiknya melalui ibadah, amal shgalih dan brbagai kegiatan manfaat.
Allah mengingatkan kita tentang waktu dalam Surat
Al-Ashr.
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا
الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ
وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
Artinya: ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar
berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati
supaya menetapi kesabaran.” (QS Al-‘Ashr: 1-3).
Hadirin rahimakumullah
Momen hijrah Nabi dari Makkah menuju Madinah sebagai awal
penghitungan kalender Islam atau Tahun Baru Hijriyah, mengandung makna yang
sangat dalam.
Hijrah mengandung makna tekad untuk terus maju dalam
kebaikan, semangat perjuangan menegakkan kalimah Allah, perencanaan yang
matang, dan kerja keras ke arah tujuan yang jelas, ridha Allah.
Tujuan akhir ridha Allah, harus dimulai dengan niat awal
karena Allah pula. Itulah maka, hadits yang berkaitan dengan hijrah
disandingkan dengan niat.
Dari niat ikhlas semata karena Allah itu, akan terus
terpelihara perjuangan, ikhtiar, pengorbanan, keteguhan prinsip,
keseriusan, kesabaran, dan keistiqamahan. Program yang kita proyeksikan selalu
dikaitkan dengan Allah, dengan akhirat.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan di
dalam hadits:
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ
امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ
فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا
يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Artinya: “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung
niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia
niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan
Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa
yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena
wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang
dia niatkan.”
Hadirin yang Allah muliakan
Peristiwa hijrah merupakan tonggak perjuangan umat Islam
untuk selanjutnya mereka tidak hanya dikagumi oleh kawan tapi juga disegani
oleh lawan. Dengan totalitas hijrah ini, umat Islam tampil kokoh dan solid,
teguh tapi sekaligus kasih sayang, tegar sekaligus lembut.
Mereka dipersaudarakan karena Allah dalam satu komunitas
berjamaah, perjuangan jihad dan dakwah, nasihat dan tarbiyah.
Mereka kuat dan solid karena berkumpul bukan sebab harta,
usaha, bisnis, apalagi kepentingan politik. Namun berkumpulnya semata-mata
karena panggilan jihad, panggilan tarbiyah sekaligus panggilan untuk sama-sama
beribadah.
Itulah teladan “Assabiquunal awwalun” yang Allah
gambarkan pada ayat:
وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ
وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ
وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً
ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Artinya: “Dan orang-orang yang terdahulu yang
pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah ridla kepada mereka dan
mereka pun ridla kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga yang
mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Itulah kemenangan yang besar.” (Q.S. At-Taubah [9]: 100).
Untuk itu, marilah kita jadikan Tahun Baru Hijriyah 1442
ini sebagai momentum perbaikan terus-menerus dalam amal ibadah kita, baik yang
bersifat individu maupun sosial. Terlebih jika itu menyangkut juang umat,
tarbiyah, dakwah dan jihad.
Maka marilah kita koreksi diri kita, sudahkah kita
berkontribusi lebih maksimal lagi, sesuai apa yang Allah karuniakan kepada
kita. Sebab semua akan ada pertanyaan dan pertanggungjawabannya atas apa-apa
yang kita miliki.
Harta, ilmu, fasilitas, makanan, kendaraan dan semua yang
kita akui sebagai milik kita, akan ada konsekwensinya di hadapan Allah. Dan
Allah tidak menulis apa-apa yang kita hayalkan, ingin ini ingin begitu, tetapi
wujud nyata amal sholehnya. Itulah hakikat amal kita.
Hijrah dari Dunia Oriented menjadi Akhirat Oriented,
itulah hijrah kita. Hijrah dari haram dan riba menuju yang halalal thayyiban.
Hijrah dari segala keburukan menuju kebaikan. Hijrah dari perpecahan menuju
persatuan umat atau berjama’ah.
Kalau kita arahkan untuk akhirat, untuk ridha Allah,
insya-Allah segala urusan dunia Allah bereskan. Seperti digariskan oleh Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ
وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ
الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ
شَمْلَهَ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ
Artinya: “Barangsiapa yang niatnya untuk
menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan
menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan
tunduk padanya. Barangsiapa yang niatnya hanya untuk menggapai dunia, maka
Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan menceraiberaikan
keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan
baginya.” (H.R. At-Tirmidzi).
Semoga seiring tahun baru Hijriyah ini,
Allah perbaiki amal-amal kita, agama kita, urusan dunia dan akhirat kita.
Hingga mendapatkan ridha dan ampunan-Nya. Aamiin.
بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى
وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّلَ اللهُ
مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ, وَأَقُوْلُ
قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Komentar
Posting Komentar