ARTI DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM KEHIDUPAN MANUSIA SERTA SUMBANGSIHNYA DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL
ARTI DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN
DALAM KEHIDUPAN MANUSIA SERTA SUMBANGSIHNYA DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL
( kelompok 1 )
A.
Peranan Sektor
Pertanian dalam Kehidupan Manusia
Pertanian
memberikan multifungsi bagi kehidupan manusia.
Pertanian, paling tidak dapat menyediakan berbagai kebutuhan manusia
akan oksigen, air, pangan, sandang, papan (perumahan), keamanan, pekerjaan,
sosial politik, industri, pekerjaan, kesehatan, serta pariwisata dan lingkungan
hidup.
a. Pertanian
Sebagai Penyedia Oksigen
Kebutuhan
pertama yang paling mendasar bagi manusia adalah oksigen (O2). Sebegitu
pentingnya oksigen bagi kehidupan manusia, adalah seseorang dapat bertahan
hidup berminggu-minggu tanpa makanan atau beberapa hari tanpa air, tetapi tanpa
oksigen, otak manusia hanya mampu bertahan antara 5-7 menit saja.Oksigen bebas
tersebut dihasilkan oleh tumbuhan sebagai produk dari kegiatan fotosintesis,
melalui reaksi kimia sebagai berikut :
6CO2 + 6H2O
C6H12O6 + 6O2
b. Pertanian
Sebagai Penyedia Air
Tumbuhan, terutama pohon-pohon besar
yang tumbuh di pegunungan, terlibat secara langsung dalam siklus hidrologi
(siklus air). Hujan yang turun di atas
pegunungan akan ditangkap airnya oleh perakaran pohon-pohon, kemudian
menyimpannya di dalam tanah dan kemudian dikeluarkan melalui mata air yang
jernih di kaki pegunungan.
c.
Pertanian Sebagai
Penyedia Pangan
Setelah oksigen dan air, kebutuhan
manusia terpenting berikutnya adalah makanan (pangan). Sampai sejauh ini, pangan masih disediakan
oleh pertanian (dalam arti luas : daging oleh peternakan dan perikanan). Teknologi modern yang ada sekarang pun belum
dapat membuat makanan sintetis, sehingga untuk kebutuhan pangannya, manusia
masih mengandalkan produk-produk pertanian.
d. Pertanian
Sebagai Penyedia Faktor Keamanan
Produk pertanian juga banyak digunakan
sebagai bahan baku berbagai alat-alat keamanan, karena beratnya yang ringan dan
mudah dibentuk, misalnya bagian dari komponen senjata, dan alat-alat
perlindungan dan beladiri lainnya.
Komponen terbesar dari sebuah rumah juga berbahan baku kayu yang
merupakan produk pertanian.
e. Pertanian
Sebagai Sumber Nafkah (Bidang Pekerjaan)
Produk kegiatan pertanian merupakan
barang-barang bernilai ekonomis yang dapat diperjualbelikan, sehingga kegiatan
pertanian, bukan saja sebagai suatu upaya untuk memenuhi kebutuhan sendiri,
tetapi juga dapat merupakan pekerjaan untuk mendapatkan nafkah. Dari proses produksinya (bibit, benih, pupuk
dan sarana peralatan lainnya), pemeliharaan, pemanenan, pengolahan, pengepakan,
pemasaran, pembiayaan, dll. Pertanian Sebagai Industri Pariwisata Dan Kesehatan
Rohani.
B. Sumbangsih
Sektor Pertanian dalam Perekonomian Nasional
Kegiatan
pertanian merupakan mata pencaharian terbesar penduduk didunia termasuk di
Indonesia. Sejarah Indonesia pun tidak terlepas dari sektor pertanian
(menghasilkan bahan baku seperti padi, jagung, sagu, dll) dan perkebunan
(menghasilkan buah-buahan) terutama pada masa kolonial penjajahan Belanda
kegiatan pertanian dan perkebunan menjadi penentu tingkat social dan
perekonomian seseorang.
Mengingat
negara Indonesia merupakan negara yang subur akan tanah, kaya akan sumber daya
alam, sehingga berpotensi tinggi dalam mengembangkan usaha pertanian.
Disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
a) Potensi
Sumber Daya Yang Sangat Besar dan Beragam
Yang artinya negara Indonesia merupakan
wilayah yang terdiri atas beriburibu pulau yang amat subur memiliki letak
astronomis 6° LU – 11°LS dan 94°BT – 141°BT menandakan bahwa wilayah Indonesia
merupakan wilayah yang subur dan beriklim tropis.
b)
Pangsa Pasar Terhadap
Pendapatan Nasional Cukup Besar
Bisa dikatakan tidak banyak orang yang
tahu dan paham bahwa sektor pertanian menaruh keuntungan yang cukup besar pada
PDB negara dan banyak yang beranggapan bahwa sektor pertanian hanya sektor
sampingan yang tidak perlu terlalu diperhatikan Karena bila terjadi suatu
kesalahan yang tidak terencana penyediaannya atau habis didalam negeri sendiri
kita bisa kerepotan untuk mengimpor dari negara luar.
c.) Menjadi Basis Pertumbuhan Ekonomi
Sektor pertanian menjadi salah satu dari
unsur-unsur yang mengisi pertumbuhan perekonomian disetiap negara. Di negara
arab sekalipun meskipun wilayah lahanya tidak memungkinkan untuk melakukan
kegiatan bercocok tanam namun sector perekonomian menjadi salah satu unsur
pengisi basis pertumbuhan perekonomian dinegaranya misalnya dengan
membudidayakan tanaman kurma yang nilai komoditinya cukup besar dalam
pengeksporan keseluruh negara termasuk ke Indonesia yang ikut mengimpor
komoditi pertanaian dari Arab.
d.)
Kontribusi Terhadap Kesempatan Kerja
Kalau
dilihat pola perubahan kesempatan kerja di pertanian dan industri manufaktur,
pangsa kesempatan kerja dari sektor pertama menunjukkan suatu pertumbuhan tren
yang menurun, sedangkan di sektor kedua meningkat. Perubahan struktur
kesempatan kerja ini sesuai dengan yang di prediksi oleh teori mengenai
perubahan struktur ekonomi yang terjadi dari suatu proses pembangunan ekonomi
jangka panjang, yaitu bahwa semakin tinggi pendapatan per kapita, semakin kecil
peran dari sektor primer, yakni pertambangan dan pertanian, dan semakin besar
peran dari sektor sekunder, seperti manufaktur dan sektor-sektor tersier di
bidang ekonomi.
e.)
Kontribusi Pertanian Terhadap Devisa
Pertanian juga mempunyai kontribusi yang
besar terhadap peningkatan devisa, yaitu lewat peningkatan ekspor dan atau
pengurangan tingkat ketergantungan Negara tersebut terhadap impor atas komoditi
pertanian. Komoditas ekspor pertanian Indonesia cukup bervariasi mulai dari
getah karet, kopi, udang, rempahrempah, mutiara, hingga berbagai macam sayur
dan buah.
POTENSI
SUMBERDAYA LAHAN DAN PENGOLAHANNYA UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP MANUSIA
( KELOMPOK 2 )
A.
Pengertian Sumber Daya Lahan
Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat
penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap
kegiatan manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah pemukiman,
jalan untuk transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara
kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah.
Sitorus (2001) mendefinsikan sumberdaya lahan (land
resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan
vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap
penggunaan lahan. Oleh karena itu sumberdaya lahan dapat dikatakan sebagai
ekosistem karena adanya hubungan yang dinamis antara organisme yang ada di atas
lahan tersebut dengan lingkungannya (Mather, 1986).
B.
Penggunaan
Lahan
Penggunaan lahan (land use) adalah setiap bentuk campur
tangan (intervensi) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya baik material maupun spiritual (Vink, 1975).
Penggunaan lahan dapat dikelompokkan
ke dalam dua kelompok besar yaitu:
Ø
penggunaan lahan pertanian
Ø
penggunaan lahan bukan pertanian
Menurut
Barlowe (1986) faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah faktor
fisik dan biologis, faktor pertimbangan ekonomi dan faktor institusi
(kelembagaan). Faktor fisik dan biologis mencakup kesesuaian dari sifat fisik
seperti keadaan geologi, tanah, air, iklim, tumbuh-tumbuhan, hewan dan
kependudukan. Faktor pertimbangan ekonomi dicirikan oleh keuntungan, keadaan
pasar dan transportasi. Faktor institusi dicirikan oleh hukum pertanahan,
keadaan politik, keadaan sosial dan secara administrasi dapat dilaksanakan.
1.
Penggunaan
lahan pertanian
Ada berbagai bentuk pertanian di Indonesia antara lain sawah, ladang,
kebun, tegalan, bahkan peternakan yang masih tergolong bidang pertanian.
Persebaran jenis-jenis pertanian ini pun bisa berbeda-beda. Ada daerah sesuai
untuk sawah irigasi, karena terdapat ketersediaan air secara teratur, tidak
tergantung musim.
a)
Sawah
Sawah adalah bentuk pertanian lahan
basah dengan sistem irigasi atau tanah hijau yang tempatnya menetap. Ciri-ciri
sawah antara lain membutuhkan air, tempatnya tetap, cara pengolahannya teratur
dan jenis tanamannya tertutama tanaman padi.
b)
ladang
Ladang
adalah lahan pertanian kering disekitar hutan yang bersifat tidak menetap. Huma
atau ladang terdapat di tempat yang hutannya masih luas dan penduduknya belum
padat, seperti Sumatra, Kalimantan, Papua. Dan jenis tanaman berladang adalah
padi gogo, jagung, dan kacang-kacangan.
c)
Betergal
Bertegal adalah cara tertanah di
tanah kering dengan menggantungkan pada air hujan. Hasil bertegal adalah
jagung, kacang dan ketela. Bertegal diusahakan di pegunungan-pegunungan atau
daerah dataran yang kering.
d)
Tanaman Pekarangan (berkebun)
Tanaman
pekarangan (berkebun) adalah jenis tanaman yang ditanaman di lahan pertanian di
sekitar rumah dan dikerjakan secara intensif. Misalnya tanaman sayur-sayuran,
buah-buahan, dan tanaman obat-obatan.
2.
Penggunaan lahan bukan untuk
pertanian
Penggunaan lahan bukan untuk
pertanian dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia sebagai tempat tinggal,
tempat melakukan produksi barang dan jasa, tempat rekreasi, dan sebagainya.
Penggunaan lahan tersebut, seperti penggunaan untuk perumahan, perindustrian,danperumahan.
a) lahan untuk perumahan.
a) lahan untuk perumahan.
Lahan untuk perumahan semakin banyak
dibutuhkan seiring bertambahnya jumlah penduduk. Perumahan dibangun di beberapa
lokasi baik di perkotaan maupun di pinggir kota bahkan di pedesaan.
b) Lahan untuk
industri
Lahan untuk industri sangat banyak
dibutuhkan karena semakin meningkatnya jumlah pabrik dan industri lainnya yang
dibangun. Pembangunan pabrik dan industri selain dimaksudkan untuk menghasilkan
barang dan jasa yang dibutuhkan manusia, juga dapat membuka lapangan kerja,
memberi kesempatan berusaha bagi penduduk, meningkatkan pendapatan penduduk,
menunjang pem- bangunan daerah, serta memanfaatkan sumber alam dan sumber daya
manusia yang ada.
c) Lahan untuk jasa
Penggunaan lahan untuk jasa juga
memerlukan lahan yang banyak. Lahan untuk jasa transportasi, misalnya lalu
lintas darat, seperti jalan, terminal, halte, stasiun, jalan kereta api, dan
sebagainya. Lahan jasa perdagangan, seperti pertokoan, warung, pasar, gudang,
dan sebagai- nya. Lahan jasa pendidikan, seperti sekolah, kampus, gedung
pendidikan kursus, perpustakaan, dan lapangan olah raga.
C.
Pengolahan Lahan Pertanian
Pengolahan tanah dalam usaha budidaya pertanian
bertujuan untuk menciptakan keadaan tanah olah yang siap tanam baik secara fisis,
kemis, maupun biologis, sehingga tanaman yang dibudidayakan akan tumbuh dengan
baik
Kegiatan pengolahan tanah dibagi ke dalam dua tahap,
yaitu: (1) Pengolahan tanah pertama (pembajakan), dan (2) Pengolahan tanah
kedua (penggaruan). Dalam pengolahan tanah pertama, tanah dipotong, kemudian
dibalik agar sisa tanaman dan gulma yang ada di permukaan tanah terpotong dan
terbenam. Kedalaman pemotongan dan pembalikan tanah umumnya antara 15 sampai 20
cm. Pengolahan tanah kedua, bertujuan menghancurkan bongkah tanah hasil
pengolahan tanah pertama yang besar menjad lebih kecil dan sisa tanaman dan
gulma yang terbenam dipotong lagi menjadi lebih halus sehingga akan mempercepat
proses pembusukan.
Pengelolahan lahan secara mekanis
1.
Keuntungan Pengolahan Tanah
Secara Mekanis
Salah satu
keuntungan dari pengolahan secara mekanis adalah dapat dilakukan dengan lebih
cepat, sehingga dapat memperpendek waktu yang diperlukan dalam budidaya secara
keseluruhan. Adapun beberapa keuntungan pengolahan tanah secara mekanis adalah
sebagai berikut :
a)
Keuntungan Teknis
Pekerjaan
pengolahan tanah memerlukan tenaga yang sangat besar, sehingga dibutuhkan
banyak tenaga kerja. Dengan tenaga yang besar, yang dimiliki per alatan
mekanis, pekerjaan yang berat akan dengan mudah dikerjakan. Hasil pengolahan
tanah secara mekanis dapat lebih dalam.
b)
Keuntungan Waktu
Dengan
tenaga yang cukup besar, tentunya pengolahan tanah yang dilakukan secara
mekanis akan lebih cepat. Dengan cepatnya waktu pengolahan tanah, akan
mempercepat pula proses budidaya secara keseluruhan. Untuk beberapa tanaman
yang berumur pendek, sisa waktu yang tersedia ini dapat digunakan untuk
melakukan budidaya lagi.
c)
Keuntungan Ekonomis
Berdasarkan hasil penelitian (di Pulau Jawa), biaya pengolahan tanah per
hektar dengan traktor akan lebih murah dibandingkan dengan menggunakan tenaga
manusia maupun hewan. Penurunan biaya pengolahan tanah ini tentunya akan
meningkatkan keuntungan para petani.
Dalam
mengolah tanah secara mekanis, lahan yang akan diolah harus dikondisikan
terlebih dahulu sehingga siap untuk diolah. Ada beberapa hal yang perlu
disiapkan agar lahan siap untuk diolah secara mekanis, yaitu :
a)
Topografi (kenampakan permukaan
lahan)
Traktor
dapat bekerja pada lahan dengan topografi yang terbatas. Untuk traktor tangan
sebaiknya jangan melebihi 30°. Apabila lahan terlalu miring, traktor bisa
terguling. Lahan yang bergelombang juga akan berpengaruh terhadap hasil
pengolahan. Sebaiknya lahan yang demikian dibuat berteras sehingga lahan bisa
memenuhi syarat untuk diolah secara mekanis. Selain itu, traktor sebagai
kendaraan beroda, memerlukan jalan dan jembatan untuk memasuki lahan yang akan
diolah. Pembuatan teras, jalan, dan jembatan tidak dibahas dalam modul ini.
b)
Vegetasi (tanaman yang tumbuh
di lahan)
Batang tanaman dan sisa tanaman yang cukup besar
akan menghambat implemen masuk ke dalam tanah, sehingga hasil pengolahan tidak
efektif. Batang tanaman yang lentur tetapi kuat (liat) akan tergulung oleh
putaran mesin rotari, sehingga akan menambah beban dan dapat merusak mesin. Akar
tanaman yang kuat (liat) dan saling berhubungan akan mengikat tanah sehingga
susah untuk diolah. Vegetasi yang sekiranya mengganggu harus dipindahkan dari
lahan atau dihancurkan. Vgtasi tersebut bisa dibabat dengan parang/arit.
Sekarang sudah ada mesin pemotong yang digerakkan oleh traktor. Namun cara
pengoperasiannya tidak dibahas pada modul ini.
c)
Bebatuan
Bebatuan yang besar dan keras, apabila tertabrak
oleh implemen, dapat merusak implemen. Mata bajak singkal atau piringan dapat
pecah, sedang pisau mesin rotari dapat patah. Batu-batu yang besar harus
disingkirkan terlebih dahulu dari lahan sebelum diolah, dengan cara dicongkel
dengan linggis atau digali dengan cangkul. Batu yang telah tergali dapat
diangkat untuk disingkirkan ke tepi lahan. Sedang batu-batu yang kecil dapat
disingkirkan setelah lahan diolah.
d)
Kadar air tanah
Kondisi kadar air tanah akan mempengaruhi sifat
dari tanah itu sendiri. Pada tanah yang terlalu kering, tanah akan sangat keras
dan padat. Apabila diolah, akan memerlukan implemen yang kuat dan daya tarik
traktor yang sangat besar. Sehingga pengolahan akan tidak efisien. Tanah hasil
olahan berfariasi dari bongkahan besar sampai tanah yang hancur. Selain itu
juga menimbulkan debu yang berterbangan.
Apabila tanah dibasahi, tanah akan melunak. Hal
ini ditandai dengan berubahnya warna tanah menjadi lebih gelap. Namun apabila
tanah diambil dan digulung-gulung tidak liat dan tidak lengket, namun remah
(pecah-pecah). Kondisi ini cocok untuk dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan
pada kondisi ini sering dinamakan pengolahan tanah kering. Apabila tanah dibasahi lagi, tanah akan liat dan lengket. Apabila diolah,
akan lengket di implemen dan roda traktor.
2.
Faktor Penghambat Pengolahan Tanah Secara Mekanis
Faktor-faktor
tersebut diantaranya, adalah:
a. Faktor
Teknis
Penggunaan traktor di lapangan untuk pengolahan
tanah terlihat bahwa masih banyaknya sisa tunggul pada petakan olahan dapat
menghambat penggunaan alat pengolahan tanah, sehingga dapat menurunkan
kapasitas dan efisiensi kerja alat. Akibatnya dapat menyebabkan menurunnya
pendapatan dari penggunaan traktor. Selain itu ketersediaan sukucadang juga
menjadi faktor penghambat.
b. Faktor
ekonomi
Kemampuan daya beli alat mesin pertanian
mempengaruhi pengembangan pengolahan tanah secara mekanis khususnya para petani
di pedesaan.
c. Faktor
Sumber Daya Manusia
Penggunaan alat/mesin pertanian biasanya menuntut
pengetahuan dan keterampilan. Begitu pula dengan penggunaan alat pengolahan
tanah. Tingkat pendidikan petani di Indonesia pada umumnya masih rendah.
STRATEGI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA LAHAN UNTUK PERTANIAN
BERKELANJUTAN DAN PELESTARIAN
LINGKUNGAN HIDUP
( kelompok 3 )
a.
Pengertian Pertanian Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya yang
berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah
sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan
sumber daya alam.
Pertanian berkelanjutan(sustainable agriculture) merupakan
implementasi dari konsep pembangunan berkelanjutan(sustainable agriculture)
pada sektor pertanian. Konsep pertanian berkelanjutan, ialah yang bertumpu pada
tiga pilar yaitu ekonomi, sosial dan ekologi.
b. Metode Pengolahan Lahan
1. Pengolahan lahan secara
konvensional
Pengolahan lahan dengan metode konvensional biasanya
dilakukan untuk lahan-lahan yang sempit dan memiliki kemiringan tertentu.
Metode ini biasanya banyak dilakukan dilingkungan pedesaan yang sebagian masyarakat
banyak menggunakan lahannya sebagai lahan persawahan dan tanaman sayuran.
2. Pengolahan lahan secara
modern
Pengolahan lahan dengan cara modern biasanya banyak
dilakukan untuk tanaman tanaman perkebunan dan memiliki lahan yang luas.
Pengolahan lahan dengan cara ini biasnya menggunakan mesin. Pengolahan lahan
dengan sistem ini memiliki kelebihan diantaranya lebih cepat dalam proses
pengerjaan, serta dapat menghemat waktu penanaman. Kekurangan dari sistem ini
yaitu dibutuhkannya modal yang besar dalam pengupayaannya.
c. Macam-macam System Pengolahan Lahan
1. Olah lahan
sempurna
Pengolahan lahan secara sempurna yaitu pengolahan lahan
yang meliputi seluruh kegiatan pengolahan lahan. Dimulai dari awal pembukaan
lahan hingga lahan siap untuk ditanami, meliputi pembajakan, pemupukan, dan
rotary.
2. Olah lahan
minimum
Pengolahan lahan dengan olah tanah minimum hanya meliputi
pembajakan(tanah diolah, dibalik, kemudian tanah diratakan). Pada pengolahan
tanah ini biasanya banyak dilakukan untuk lahan persawahan.
3. Tanpa olah
tanah(TOT)
Pengolahan lahan pada sistem ini hanya meliputi
penyemprotan guna membunuh atau menghilangkan gulma pada lahan, kemudian
ditunggu hingga gulma mati dan lahan siap untuk ditanami. Pada pengolahan lahan
ini biasanya digunakan sistitajuk dalam proses penanamanya. Pengolahan lahan
juga tentunya harus memperhatikan topografi dan kontur keadaan lahan.semakin
curam keadaan maka akan semakin besar tingkat erosi yang terjadi. Jika tingkat
erosi semakin besar maka humus dan zat hara dalam tanah akan semakin banyak
hilang.
d. Strategi Pengolahan Sumber Daya
Lahan Untuk Pertanian Berkelanjutan
1.
Hal pertama yang perlu di perhatikan adalah evektivitas
lahan. Evektivitas lahan adalah memanfaatkan lahan semaksimal mungkin untuk
hasil yang juga maksimal. Artinya, sesempit apa pun lahan yang kita miliki,
bukan berarti kita akan memanen hasil yang juga sedikit.
2.
Cara kedua untuk mengolah lahan adalah dengan memilih tata
cara pengolahan lahan yang sesuai. Karena, para pelaku industri di bidang ini
harus pandai-pandai memaksimalkan lahan yang ada. Untuk memaksimalkan lahan,
para pelaku industri bisa memanfaatkan cara-cara pengolahan tertentu yang bisa
mendatangkian keuntungan berlipat.
3.
Dalam setiap pemanfaatan lahan, tentu ada bagian dari
lahan yang tergolong ke dalam ke tidak maksimalan kondisi lahan.Sehingga,untuk
meminimalisasi ketidak maksimalan ini, para pelaku industri pertanian harus
mampu meminimalisasi efek yang di timbulkan dari ke tidak maksimalan kondisi
lahan ini. Melakukan upaya pencegahan menurunnya potensi dari lahan.
e.
Upaya
Pemerintah dan Masyarakat dalam Pelestarian Lingkungan Hidup
1.
Upaya pemerintah dalam pelestarian lingkungan hidup adalah
sebagai berikut:
1)
Merencanakan program pembangunan berkelanjutan
2)
Mengeluarkan UU tentang lingkungan hidup
3)
Membentuk badan pengendalian lingkungan
1)
Menjalankan program penanaman seribu pohon
2)
Tidak membuang limbah ke sungai atau laut
3)
Melakukan reboisasi
4)
Mengurangi pencemaran udara
PERLINDUNGAN
TERHADAP GANGGUAN ORGANISME PENGGSNGGU TANANAM DAN KEBERLANJUTAN HASIL
PERTANIAN
( kelompok 4 )
A. Hama Pada Tumbuhan
Hama
tumbuhan adalah organisme yang menyerang tumbuhan sehingga pertumbuhan dan
perkemabanganya terganggu. Hama yang menyerang tumbuhan antara lain tikus,
walang sangit, wereng, tungau, dan ulat.
·
Tikus
Tikus
merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal ini diesbabkan
tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas, dan
kemampuan untuk berkembang biak yang sangat tinggi
Untuk mengatasi serangan hama tikus,
dapat dilakukan cara – cara sebagai berikut :
- Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap tikusnya.
- Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular.
- Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu yang bersamaan pula sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untuk mendapatkan makanan setelah tanaman dipanen.
- Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan beracun, yaitu irisan ubi jalar atau singkong yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus. Peracunan ini sebaiknya dilakukna sebelum tanaman padi berbunga dan berbiji. Selain itu penggunaan racun harus hati – hati karena juga berbahaya bagi hewan ternak dan manusia.
- Wereng
Wereng
adalah sejenis kepik yang menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang –
lubang, kemudian kering, dan pada akhirnya mati. Hama wereng ini dapat
dikendalikan dengan cara – cara sebagai betikut :
1. Pengaturan pola
tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun dengan
pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup
wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 – 2
bulan.
2. Pengandalian hayati,
yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya laba – laba predator
Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss lividipenis,
kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia octomaculata.
3. Pengandalian kimia,
yaitu dengan menggunakan insektisida, dilakukan apabila cara lain tidak mungkin
untuk dilakukan. Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa sehingga
efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan.
- Walang Sangit
Walang
sangit (Leptocorisa acuta) merupakansalah satu hama yang juga meresahkan
petani. Hewan ini jika diganggu, akan meloncat dan terbang sambil mengeluarkan bau.
Serangga ini berwarnahijau kemerah- merahan.
Walang
sangit menghisab butir – butir padi yang masih cair. Biji yang sudah diisap
akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat. Kulit biji iu akan berwarna kehitam
– hitaman. Faktor – faktor yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit
antara lain sebagai berikut.
1. Sawah sangat dekat
dengat perhutanan.
2. Populasi gulma di
sekitar sawah cukup tinggi.
3. Penanaman tidak
serentak
Pengendalian
terhadap hama walang sangit dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Menanam tanaman
secara serentak.
2. Membersihkan sawah
dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar tidak menjadi tempat
berkembang biak bagi walang sangit.
3. Menangkap walang
sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap.
4. Penangkapan
menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga.
5. Melakukan
pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami beruba laba – laba
dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit.
6. Melakukan
pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida.
Walang
sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), tetapi hewan
dewasa dapat merusak lebih hebat karenya hidupnya lebih lama. Walang sangit
dewasa juga dapat memakan biji – biji yang sudah mengeras, yaitu dengan
mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat.
- Ulat
Kupu – kupu
merupakan serangga yang memiliki sayap yang indah dan benareka ragam. Kupu –
kupu meletakkan telurnya dibawah daun dan jika menetas menjadi larva. Kita bisa
sebut larva kupu – kupu sebagai ulat. Pada fase ini, ulat aktif memakan
dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari. Daun yang dimakan
oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.
Upaya pemberantasan dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
- Membuang telur – telur kupu – kupu yang melekat pada bagian bawah daun.
- Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi.
- Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan pertisid
- Tungau
Tungau (kutu kecil) bisaanya
terdapat di sebuah bawah daun untuk mengisap daun tersebut. Hama ini banyak
terdapat pada musim kemarau. Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak –
bercak kecil kemudian daun akan menjadi kuning lalu gugur. Hama ini dapat
diatasi dengan cara mengumpulkan daun – daun yang terserang hama pada suatu
tempat dan dibakar.
B. Penyakit Pada Tumbuhan
- Jamur
Jamur adalah
salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang hampir semua bagian
tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga buahnya.
Penyebaran jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh angin, air, serangga, atau
sentuhan tangan.
Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnya buah, akan
menjadi busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaan daun, akan
menyebabkan bercak – bercak kecokelatan. Dari bercak – bercak tersebut akan
keluar jamur berwarna putih atau oranye yang dapat meluas ke seluruh permukaan
ranting atau daun sehingga pada akhirnya kering dan rontok.
Contoh
penyakit yang disebabkan oleh jamur adalah sebagai berikut.
a)
Penyakit pada padi.
Penyakit
pada ruas batang dan butir padi disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzea. Ruas
– ruas batang menjadi mudah patah dan tanaman padi akhirnya mati. Selain itu,
terdapat pula penyakit yang menyebabkan daun pedi menguning. Penyakit ini
disebabkan oleh jamur Magnaporthegrisea.
b)
Penyakit embun tepung.
Penyakit ini
disebabkan oleh jamur Peronospora parasitica. Jamur ini kadang – kadang
menyerang biji yang sedang berkecambah sehingga biji menjadi keropos dan
akhirnya mati. Jamur ini kadang – kadang menyerang daun pertama pada kecambah
sehingga tumbuhan menjadi kerdil. Tumbuhan kerdil dapat tumbuh terus tapi pada
daun – daunnya terdapat kercak – bercak hitam.
Untuk
memberantas jamur ini dilakukan pengendalian secara kimia, yaitu dengan
pemberian fungsida pada tanaman yang terserang jamur.
- Bakteri
Bakteri dapat membusukkan daun, batang, dan akar tumbuhan. Bagian tumbuh
tumbuhan yang diserang bakteri akan mengeluarkan lendir keruh, baunya sangat
menusuk, dan lengket jika disentuh. Setelah membusuk, lama – kelamaan tumbuhan
akan mati. Tumbuhan yang diserang bakteri dapat diatasi dengan menggunakan
bakterisida.
Contoh
penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit yang menyerang pembuluh
tapis batang jeruk (citrus vein phloem degeneration atau CVPD). CVPD disebabken
oleh bakteri Serratia marcescens. Gejalanya adalah kuncup daun menjadi kecil
dan berwarna kuning, buah menjadi kuning, sehingga lama – kelamaan akan mati.
Penyakit CVPD yang belum parang dapat disembuhkan dengan terramycin, yang
merupakan sejenis antibiotik.
- Virus
Selain
bakteri dan jamur, dalam kondisi yang sehat, tumbuhan dapat terserang oleh
virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus cukup berbahaya karena dapat menular
dan menyebar ke seluruh tumbuhan dengan cepat. Tumbuhan yang sudah terlanjur
diserang sulit untuk disembuhkan. Contoh penyakit yang disebabkan oleh virus
antara lain penyakit daun tembakau yang berbercak – bercak putis. Penyakit ini
disebabkan oleh virus TMV (tabacco mosaic virus) yang menyerang permukaan atas
daun tembakau. Virus juga dapat menyerang jeruk. Penularan melalui perantara
serangga.
- Alga (Ganggang)
Keberadaan
alga juga perlu diaspadai karena dapat menyebabkan bercak karat merah pada daun
tumbuhan. Tumbuhan yang biasanya diserang antara lain jeruk, jambu biji, dan
rambutan. Bagian tumbuhan yang diserang oleh alga biasanya bagian daun,
ditandai adanya bercak berwarna kelabu kehijauan pada daun, kemudian pada
permukaannya tumbuh rambut berwarnya cokelat kemerahan. Meskipun ukurannya
kecil, bercak yang timbul sangat banyak sehingga cukup merugikan
Langkah – langkah yang harus dilakukan agar tumbuhan
tidak tersenang penyakit antara lain sebagai berikut.
- Usahakan tumbuhan selalu dalam kondisi prima atau sehat dengan cara tercukupi segala kebutuhan zat haranya.
- Jangan membiarkan tumbuhan terlalu rimbun, pangkaslah sehingga selaruh bagian tumbuhan mendapatkan sinar matahari yang cukup.
- Jangan biarkan tumbuhan terserang kutu, tungau, atau hewan yang lain yang serung membawa bakteri atau jamur.
- Usahakan lingkungan selalu bersih.
- Perhatikan tumbuhan sesering mungkun sehingga penyakit dapat terdeteksi sedini mungkin.
- Jika terdapat gejala – gejala yang tampak, pangkaslah bagian tumbuhan (daun, buah, ranting) yang terserang, kemudian dibakar agar tidak menular ke bagian atau tumbuhan yang lainnya.
- Penggunaan pertisida sebagai alternative terakhir untuk pengobatan hama dan penyakit pada tumbuhan.
“Penggunaan Pestisida untuk Memberantas
Hama dan Penyakit”
Penggunaan pestisida sintetis membutuhkan kecermatan,
baik mengenai pilihan pestisida yang aman maupun petunjuk pemakaiannya. Hasil
pemantauan rutin dapat digunakan untuk mengetahui Janis hama dan penyakit yang
menyerang, dan menentukan jenis pestisida yang sesuai sasaran. Pemantauan juga
bermanfaat agar penyemprotan tidak terlambat dengan menggunakan dosis dan waktu
yang tepat sehingga pengendalian hama dan penyakit dapat
berhasil. Pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida harus
memperhatikan jenis hama dan penyakit yang ada, populasi, serta tahap
pengembangan hama tersebut. Penggunaan pestisida dapat dilakukan berdasarkan
pertimbangan hal -– hal berikut.
- Pestisida biologi disesuaikan dengan jenis hama yang menyerang.
- Pestisida harus selektif, yaitu untuk hama atau penyakit yang menyerang jenis tanaman tertentu.
- Formulasi pertisida harus sesuai. Misalnya untuk hama yang masuk ke dalam bunga kurang cocok jika digunakan penyemprotan, namun lebig efektif jika berbentuk kabut sehingga lebih mudak untuk masuk ke dalam bunga.
- Pestisida sistemik (masuk ke jaringan tumbuhan) atau kontak bersentuhan dengan hama, disesuaikan dengan tahap perkembangan hama. Pada fase dewasa, kutu putih mungkin sulit dikendalikan dengan perstisida kontak karena tubuhnya memiliki lapisan luar yang dapat melindunginya dari semprotan langsung. Pestisida sistemik akan lebih efektif karena larva yang baru menetas dan makan daun akan meti karena bahan aktif yanga ada dalam tumbuhan akan meracuni hama tersebut.
C. Gulma
Selain hama
dan penyakit yang menyerang tumbuhan dan merugikan petani, gulma juga perlu
mendapat perhatian khusus. Pada petani kadang kurang memperhatikan gulma
sehingga dalam kurun waktu tertentu populasi gulma sudah melebihi batas. Gulma
– gulma ini akan berkompetisi dengan tanaman utama dalam mendapatkan unsur hara
yang diperlukan pertumbuhannya. Gulma dapat menjadi tempat persembunyian hama.
Pembersihan gulma sangat penting untuk menekan perkembangan hama yang dapat
menyerang tumbuhan.
Berdasarkan
karaktristik yang dimiliki, gulma dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu teki,
rumput, dan gulma daun lebar.
- Teki
Kelompok
teki – tekian memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanis,
karena memiliki umbu batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan –
bulan. Contohnya adalah teki ladang (Cyperus rotundus).
- Rumput
Gulma dalam
kelompok ini berdaun sempit seperti teki tetapi menghasilkan stolon. Stolon ini
di dalam tanah berbentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik.
Contohnya adalah alang – alang (Imperata cylindrica)
- Gulma daun lebar
Berbagai
macam gulma dari ordo Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok ini. Gulma ini
biasanya tumbuh pada akhir masa budi daya. Kompetisi terhadap tanaman utama
berupa kompetisi cahaya. Contoh dari gulma berdaun lebar ini adalah daun
sendok.
“Pengendalian Gulma”
Pengendalian
gulma memerlukan strategi yang khas untuk setiap kasus. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan sebelum melakukan pengendalian gulma antara lain sebagai
berikut :
a)
Jenis gulma dominant
b)
Tanaman budi daya utama
c)
Alternatif pengendalian yang tersedia
d)
Dampak ekonomi dan ekologi
Saat ini
cukup banyak hebisida (pembasmi gulma) yang tersedia di toko pertanian.
Meskipun demikian, kita perlu hati – hati dalam memilih dan menggunakan
herbisida. Memperhatikan cara pemakaian herbisida dengan benar sangatlah
dianjurkan.
Tujuan
pembersihan gulma antara lain untuk mengurangi tumbuhan pengganggu yang akan
menjadi pesaing tanaman utama. Selain itu juga karena gulma merupakan inang
alternetif dan tempat persembunyian hama penyakit.
Setelah mempelajari tentang gulma yang selalu merugikan manusia, ada juga
gulma yang tidak merugikan bagi siapapun, yaitu tanaman Rosela (Hibiscus
sabdariffa l.), entah kenapa tanaman ini termasuk gulma, kami mendapatkan ini
dari satu media Internet yang membahas tentang hama
dan penyakit tumbuhan. Padahal pengertian dari gulma itu sendiri yaitu tanaman
pengganggu yang menekan pertumbuhan hama dan penyakit, dilihat dari sisi
manfaat tanaman rosela banyak sekali, antara lain mengatasi batuk, lesu, demam,
gusi berdarah, penahan kekejangan, anti cacing, anti bakteri, anti septik,
menurunkan kolesterol dalam darah, asam urat.
Melihat dari
manfaat – manfaat tanaman ini, tanaman ini tidak menunjukkan tanaman yang
mendatangkan penyakit bagi manusia, malah kebalikannya, tanaman ini dapat
menyembuhkan beberapa penyakit manusia, jadi mengapa banyak orang yang menyebut
tanaman ini menjadi tanaman gulma? Karena tanaman rosela ini mudah sekali
terserang penyakit dan menularkannya ke tumbuhan lain, dan banyak sekali hewan –
hewan hama hinggap di daun / batangnya.
SISTEM PERTANIAN TRADISIONAL,
KONVENSIONAL, MODERN DI TINJAU DARI PRODUKSI PANGAN KELESTARIAN LINGKUNGAN
( kelompok 5 )
A. Pengertian
Sistem Tradisional
Sistem pertanian tradisional adalah
sistem pertanian yang masih bersifat ekstensif dan
tidak memaksimalkan input yang ada. Sistem pertanian
tradisional salah satu contohnya adalah. Adapun ciri-ciri
pertanian tradisional yaitu:
- Produksi pertanian dan konsumsi sama banyaknya dan hanya satu, dua ataubeberapa tanaman saja yang di jadikan sumber pokok bahan makanannya.
- Produksi dan Produktivitas rendah karena hanya menggunakan peralatan yang sangat sederhana.
- Penanaman atau penggunaan modal hanya sedikit sekali.
- Tanah dan tenaga kerja manusia merupakan faktor dominan
- Bersifat tidak menentu.
B. Pengertian Sistem Pertanian Konvensional
Pertanian
konvensional adalah pertanian seperti yang dilakukan oleh sebagian besar
petani di seluruh dunia saat ini. Pertanian ini mengandalkan input dari luar
sistem pertanian, berupa energi, pupuk, pestisida untuk mendapatkan hasil
pertanian yang produktif dan bermutu tinggi.
1. Dampak Pertanian Konvensional
Dari pengalaman selama berpuluh tahun di semua negara, penerapan
pertanian konvensional tidak membawa keadaan yang lebih baik tetapi justru
menimbulkan masalah-masalah baru. Penerapan teknologi pertanian konvensional
secara luas dan seragam mengakibatkan dampak negatif bagi lingkungan, kondisi
sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat. Menurut Gliessmann (2007) dampak
samping pertanian konvensional meliputi:
a.
Degradasi
dan Penurunan Kesuburan Tanah.
b.
Penggunaan
Air Berkelebihan dan Kerusakan Sistem Hidrologi.
c.
Pencemaran
Lingkungan berupa kandungan bahan berbahaya di lingkungan dan makanan.
d.
Ketergantungan
petani pada Input-input Eksternal.
e.
Kehilangan
Diversitas Genetik seperti berbagai jenis tanaman dan varietas tanaman pangan
lokal/tradisional.
f.
Peningkatan
kesenjangan Global antara negara-negara industri dan negara-negara berkembang
g.
Kehilangan
Pengendalian Komunitas Lokal terhadap Produksi Pertanian.
C. Pengertian Sistem Pertanian Modern
Pertanian
modern atau dikenal dengan istilah pertanian spesialisasi menggambarkan tingkat
pertanian yang paling maju. Keuntungan (profit) komersial murni merupakan
ukuran keberhasilan dan hasil maksimum per hektar dari hasil upaya manusia
(irigasi, pupuk, pestisida, bibit unggul, dll) dan sumber daya alam merupakan
tujuan kegiatan pertanian. Napitupulu (2000) menyatakan bahwa pertanian modern
sebagai pertanian yang tangguh dan
efisien apabila dikelola secara professional dan memiliki keunggulan untuk memenangkan
persaingan. pertanian modern seperti itu, memiliki ciri-ciri:
a.
Usahanya merupakan
industri/perusahaan pertanian, memenuhi skala ekonomi,menerapkan teknologi maju
dan spesifik lokasi, menghasilkan produk segar danolahan yang dapat bersaing di
pasar global, dikelola secara profesional.
b.
9 Petani mampu mengambil keputusan
rasional dan inovatif, memiliki jiwa kewirausahawan, memiliki menajemen yang
modern dan profesional, memiliki informasi ke pasar global.
c.
Organisasinya memiliki asosiasi
diantara petani yang kuat dan berjenjang dari tingkat desa ke tingkat nasional,
bisa mengakses lembaga keuangan dan lembaga bisnis lainnya.
d.
Aturan mainnya mencerminkan adanya
kesadaran tingkat makro dan mikro serta operasional berpihak kepada petani,
khususnya konteks perdagangan global.
KETAHANAN PANGAN DITINJAU DARI
ASPEK SWASEMBADAPANGAN, KEMANDIRIAN PANGAN DAN KEDAULATAN PANGAN
(
kelompok 6 )
A. DEVINISI KETAHANAN PANGAN
Ketahanan pangan merupakan penentu dalam stabilitas
nasional suatu Negara. Pada saat ini ketahanan pangan di Indonesia mengalami
penurunan, banyak sekali kebutuhan pangan yang baru mengimpor diluar negeri.
Ketahanan pangan adalah kondisi
dimana setiap masyarakat, baik perorangan maupun kelompok mampu mempertahankan
makanannya sepanjang waktu, baik secara fisik maupun secara ekonomi.
Sedangkan pengertian ketahanan
pangan menurut para ahli adalah suatu keadaaan dimana semua manusia pada saat
mempunyai segala segala bentuk atau akses fisik, ekonomi, dan sosial terhadapat tempatnya ( Mercy Corps, 2007 ).
Ketahanan pangan sendiri
menurut literatur memiliki 5 unsur yang harus dipenuhi :
1.
Berorientasi
pada rumah tangga dan individu
2.
Dimensi
waktu setiap saat pangan tersedia dan dapat di akses
3.
Menekankan
pada aspek pangan rumah tangga dan individu, baik fisik,, ekonomi dan sosial
4.
Berorientasi
pada pemenuhan gizi
5.
Ditujukan
untuk hidup sehat dan produktif
Adapun secara umum,
ketahanan pangan mencakup 4 aspek hal ini sebagaimana yang diakatakan ( Balywati, 2004 ) diantaranya adalah sebagai
berikut :
·
Kecukupan
( Sufficiency )
·
Akses
( acces )
·
Keterjaminan
( security )
·
Waktu
( time )
B. DEVINISI SWASEMBADA
Swasembada pangan adalah proses pengadaan sendiri
kebutuhan pangan dengan bermacam-macam kegiatan yang dapat menghasilkan
kebutuhan yang sesuai diperlukan masyarakat
Indonesia dengan kemampuan yang dimiliki dan pengetahuan lebih yang
dapat menjalankan kegiatan ekonomi tersebut
terutama dibidang kkebutuhan pangan.
Hambatan dalam rencana swasembada pangan adalah :
§ Belum optimalnya
jaringan irigasi
§ Benih
§ Katersedian pupuk
§ Tenaga kerja
§ Dan penyuluhan program
pertanian
§
1.
Belum
optimalnya jaringan irigasi
Kerusakan
infrastruktur jaringan irigasi kini mencapai 52%. Banyak irigasi baik primer
dan sekunder tidak tertangani dengan baik. Solusinya adalah skala prioritas
perbaikan jaringan irigasi jadi prioritas revolusi anggaran kementan, termasuk
dari APBN perubahan ( kata Rasmono ).
2.
Benih
Realitas benih pada 2014 secara nasional kurang dari
20%. Anggaran yang disediakan pemerintah
tidak diserap baik oleh petani.
3.
Ketersediaan
pupuk
Ketersediaan pupuk
disusupi distributor pupuk illegal. Hal ini terjadi dienam wilayah produksi utama di Jawa Tengah. Distributor
ilegall memasok petani dengan pupuk non-subsidi sehingga merugikan petani.
4.
Tenaga
Kerja
Rata–rata setiap tahun terdapat 500 ribu rumah tangga petani yang beralih
profesi. Pada tahun 2003, berdasarkan data biro pusat statistik, ada skitar 31
juta tenaga kerja di sektor pertanian, tetapi pada 2013 tinggal 26,5 juta.
5.
Penyuluhan
program pertanian
Penyuluhan program-program pertanian belum optimal.
Persoalannya ada pada perhiptani yang bertugas meningkatkan peran penyuluhan
dalm mendukung program-program pertanian.
C. KEMANDIRIAN PANGAN
Kemandirian pangan adalah kemampuan Negara dan
bangsa dalam memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang
dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai ditingkat
perseorangan dengan memanfaatkan pontensi sumber daya alam, manusia, social,
ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.
Devinisi kemandirian menurut
para ahli :
a.
Menurut
Masrun ( 1986:8 )
Kemandirian adalah
suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertidak bebas, melakukan sesuatu
atas dorongan sendiri atau untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang
lain, maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh inspiratif,
mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh
kepuasan dari usahanya.
b.
Menurut
Brawer dalam chabib toha ( 1993:121 )
Kemandirian adalah
suatu perasaan otonomi, sehingga pengertian perilaku mandiri adalah suatu
kepercayaan diri sendiri, dan perasaan otonomi diartikan sebagai perilaku yang
terdapat dalam diri seseorang yang timbul karena kekuatan dan dorongan dari
dalam diri seseorang yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam tidak
karena terpengaruh dari orang lain.
C.
Menurut Kartini Kartono ( 1985:21 )
Kemandirian
seseorang terlihat pada waktu orang tersebut menghadapi masalah. Bila masalah
itu dapat diselesaikan sendiri tanpa meminta bantuan dari orang tua dan akan
bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil melalui berbagai
pertimbangan maka hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut untuk mandiri.
D. DEVINISI
KEDAULATAN PANGAN
Kedaulatan pangan adalah hak Negara dan bangsa yang
menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat
untuk menetukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal. (UU
No. 18 Tahun 2012 ).
Terdapat tujuh prasyarat utama untuk
menegakkan kedaulatan pangan, antara lain adalah :
·
Pembaruan
agraria
Adalah suatu upaya koreaktif untuk menata ulang struktur
agraria yang timpang, yang memungkinkan eksploitasi manusia atas manusia,
menuju tatanan baru dengan struktur yang bersandi kepada keadilan agrarian.
Keadilan agrarian adalah suatu keadaan dimana tidak ada konsentrasi berlebihan
dalam penguasaan dan pemanfaatan atas sumber-sumber agrarian pada segelintir
orang.
·
Adanya
hak akses rakyat terhadap pangan
Hak akses atas
pangan adalah hak untuk mendapatkan akses yang teratur, tetap, dan bebas, baik
secara langsung atau dengan membeli. Hak ini menjamin rakyat mendapat pangan
yang memadai dan cukup baik secara kuantitatif, yang berhubungan secara
langsung dengan tradisi masyarakat.
·
Penggunaan
sumber daya alam secara berkelanjutan
Sumber daya alam
adalah kekayaan alam yang berupa mahluk hidup atau benda mati yang bisa
memenuhi kebutuhan mahkluk hidup. Jadi, pemanfaatan sumber daya alam
berkelanjutan aadalah prinsip yang dilakukan untuk menjaga kelestarian sumber
daya alam berkelanjutan dikembangkan dalam kegiatan pertanian.
Pertanian
berkelanjutan adalah pemanfaatan sumber daya terbarukan dan tidak terbarukan
untuk proses produksi dengan menekankan dampak negative terhadap lingkungan
serendah-rendahnya. Juga menitiberatkan pada pengolahan sumber daya alam yang
memanfaatkan produk hayati ramah lingkungan, biasanya diaplikasikan dalam
kegiatan pertanian organik.
HUBUNGAN AGROTEKNOLOGI DAN
AGRIBISNIS DALAM MENUNJANG KEMAJUAN PERTANIAN DI INDONESIA
(
Kelompok 7 )
a.
Agrotekhnologi
Agroteknologi berasal dari 2
kata yaitu agro serta teknologi. Agro berasal dari
agronomi yaitu ilmu yang mempelajari gejala (fenomena) dalam hubungannya
dengan pertanian atau teori serta praktek dalam pengelolaan tanah serta produksi
tanaman. Sedangkan teknologi berkaitan erat dengan sains
serta perekayasaan. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang dunia
nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang,
tentang materi serta energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya.
Intinya Agroteknologi akan mempelajari mengenai
hal-hal yang berbau bahan pangan secara mentah , yang masih dalam bentuk
produksi serta hal-hal yang berkaitan dengannya: tanah sebagai media tanam,
pupuk sebagai pemberi nutrisi dan sebagainya.
·
Peran Agroteknologi Dalam Memajukan Pertanian
Dengan ilmu Agroteknologi inilah kita bisa memperbaiki
system pertanian bahkan kita bisa menyalurkan ilmu yang kita ketahui kepada
masyarakat yang membutuhkan ilmu ini untuk di tekuni dan diaplikasikan.
Sehingga bisa menghasilkan petani-petani yang berkualitas dan sukses.
Di
ruang lingkup pertanian, lulusan agroteknologi dapat bekerja sebagai Pengusaha
atau pelaku bisnis pada komoditas perkebunan, pangan, hortikultura, dan atau
kehutanan. Dapat juga menjadi Pengusaha atau pelaku bisnsi pada bidang
perbenihan, pupuk, pestisida, sarana produksi pertanian lainnya, usaha industri
rumah tangga berbasis pangan, dll. Mengelola Perkebunan-perkebunan baik milik
pribadi, pemerintah, maupun swasta. Bekerja di Industri perbenihan, pupuk dan
pestisida nasional dan multinasional. Bergabung di Kementerian pada Pemerintah
Pusat dan berbagai badan dan pusat penelitiannya (Penelitian dan
Pengembnagan/Litbang), Pemerintahan Daerah (Pemda) dengan dinas-dinas
teknisnya, lembaga pembiayaan seperti bank-bank pemerintah dan swasta.
b.
Agribisnis
Agribisnis
adalah sesuatu yang membahas tentang usaha pertanian baik secara sempit maupun
secara luas, baik yang berhubungan langsung ataupun berhubungan tidak langsung
kepada pertanian. Agribisnis
juga merupakan jurusan kuliah yang lebih mengedepankan kepentingan bisnis di
bidang pertanian, bukan budidayanya.
Agribisnis
merupakan system pertanian yang saling terkait mulai dari system hulu samai
dengan sitem hilir yang memanfaatkan sumber daya yang ada dengan tujuan
mendapatkan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Ø Peran
Agribisnis Dalam Memajukan Pertanian
a)
Sebagai Subsistem penyediaan sarana produksi
Sub system
penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran.
Kegiatan ini mencangkup perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi,
tekhnologi dan sumber daya agar penyediaan sarana produksi atau input usaha
tani memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan
tepat produk.
b)
Subsistem Usahatani atau proses
produksi
Sub sistem ini mencakup kegiatan
pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer
pertanian. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan lokasi,
komoditas, teknologi, dan pola usahatani dalam rangka meningkatkan produksi
primer. Disini ditekankan pada usahatani yang intensif dan sustainable
(lestari), artinya meningkatkan produktivitas lahan semaksimal mungkin dengan
cara intensifikasi tanpa meninggalkan kaidah-kaidah pelestarian sumber daya
alam yaitu tanah dan air. Disamping itu juga ditekankan usahatani yang
berbentuk komersial bukan usahatani yang subsistem, artinya produksi primer
yang akan dihasilkan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam artian
ekonomi terbuka
c)
Subsistem Agroindustri/pengolahan
hasil
Lingkup kegiatan ini tidak hanya
aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani, tetapi menyangkut keseluruhan
kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk pertanian sampai pada tingkat
pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah value added (nilai tambah)
dari produksi primer tersebut. Dengan demikian proses pengupasan, pembersihan,
pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan, dan peningkatan mutu.
d)
Subsistem Pemasaran
Sub sistem pemasaran mencakup
pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri baik untuk pasar domestik
maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan dan pengembangan
informasi pasar dan market intelligence pada pasar domestik dan pasar luar
negeri.
e)
Subsistem Penunjang
Subsistem ini merupakan penunjang
kegiatan pra panen dan pasca panen yang meliputi :
1.
Sarana Tataniaga
2.
Perbankan/perkreditan
3.
Penyuluhan Agribisnis
4.
Kelompok tani
5.
Infrastruktur agribisnis
6.
Koperasi Agribisnis
7.
BUMN
8.
Swasta
9.
Penelitian dan Pengembangan
10.
Pendidikan dan Pelatihan
11.
Transportasi
12.
Kebijakan Pemerintah
PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA ORDE LAMA, ORDE BARU, DAN
REFORMASI DI INDONESIA
( kelompok 8 )
A.Pertanian pada masa orde lama
Di era orde lama, yakni ketika pemerintahan yang
sah baru saja dibentuk dan bangsa Indonesia masih mengalami problem belajar
berdemokrasi, Pertanian di masa itu praktis mengalami masa sulit seiring dengan
ketidakstabilan situasi politik yang masih euforia pasca 350 tahun masa
kolonialis dengan sistem tanam paksa dan 3,5 tahun kerja rodi. Di era serba
terjepit, para pemimpin negeri ini berkali-kali mencoba mengembangkan formula
untuk menyelamatkan pertanian. Departemen yang mengurusi bidang perikanan laut itu
pun sudah ada sejak kabinet pertama dibentuk. Melalui Kementrian Kemakmuran
Rakyat yang dipimpin oleh Menteri Mr. Sjafruddin Prawiranegara dibentuklah
Jawatan Perikanan yang mengurusi kegiatan-kegiatan perikanan darat dan laut.
Program swasembada beras sesungguhnya pula sudah dicanangkan di era Soekarno,
tepatnya selama periode 1952-1956. Program swasembada beras dilaksanakan
melalui Program Kesejahteraan Kasimo dengan didirikannya Yayasan Bahan Makanan
(BAMA) dan berganti Yayasan Urusan Bahan Makanan (YUBM) pada 1953-1956.
B. Kebijakan-Kebijakan Pertanian Pada Masa Orde Lama
Penyebutan "Orde
Lama" merupakan istilah yang diciptakan dibawah rezim Suharto yaitu masa
Orde Baru. Di era orde
lama, yakni ketika pemerintahan yang sah baru saja dibentuk dan bangsa
Indonesia masih mengalami problem belajar berdemokrasi, Pertanian di masa itu
praktis mengalami masa sulit seiring dengan ketidakstabilan situasi politik
yang masih euforia pasca 350 tahun masa kolonialis dengan sistem tanam paksa
dan 3,5 tahun kerja rodi.
1. Rencana Kasimo (Kasimo Plan)
Rencana
kasimo ini adalah semacam rencana produksi tiga tahun (1948-1950) yang
sederhana, yang terutama dimaksudkan untuk menaggulangi keadaan darurat pada
waktu itu. Ketika itu memnag hubungan dengan dunia luar terputus sama sekali,
dan masalah pokok yang dihadapi adalah masalah pangan, maka yang menjadi pokok
yang dihadapi adalah masalah pangan, maka dari itu yang menjadi pokok perhatian
dan rencana ini adalah bagaimana dapat melakukan swasembada dibidang pangan. Jadi,
jauh sebelum orang lain berbicara soal swasembada pangan, kasimo sebenarnya
sudah melaksanakan pada zaman
2.
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)
Undang-Undang Pokok Agraria (Undang-Undang Pokok
Agararia) merupakan Undang-Undang yang pertama kalinya memperkenalkan konsep
Hak Menguasai Negara3. Perumusan pasal 33 dalam UUD 1945: “Bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Inilah dasar konstitusional pembentukan
dan perumusan Undang-Undang Pokok Agraria (Undang-Undang Pokok Agararia). Dua
hal pokok dari pasal ini adalah sejak awal telah diterima bahwa Negara ikut
campur untuk mengatur sumber daya alam sebagai alat produksi, dan pengaturan
tersebut adalah dalam rangka untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Penghubungan keduanya bersifat saling berkait sehingga penerapan yang satu
tidak mengabaikan yang lain.
UUPA menciptakan Hukum Agraria Nasional berstruktur tunggal, berdasarkan atas
Hukum Adat tentang tanah, sebagai hukum aslinya sebagian terbesar rakyat
Indonesia.
Dalam Penjelasan Umumnya, dinyatakan tujuan
diberlakukannya UUPA adalah:
Meletakkan dasar-dasar bagi
penyusunan hukum agraria nasional yang akan merupakan alat untuk membawa
kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi negara dan rakyat tani, dalam rangka
masyarakat yang adil dan makmur;
Meletakkan dasar-dasar untuk
mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan;
Meletakkan dasar-dasar untuk
memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya.
C. Kebijakkan Pertanian pada masa Orde Baru
1. REPELITA
(Rencana Pembangunan Lima Tahun)
REPELITA
adalah Rencana Pembangunan Lima Tahun yang menjadi kebijakan dari Presiden
Soeharto pada masa Orde Baru untuk meningkatkan pembangunan Indonesia dari segi
apa saja, tetapi lebih diutamakan pada pembangunan sektor pertanian.
2. Revolusi Hijau
Revolusi Hijau merupakan upaya untuk meningkatkan
produksi biji-bijian dari hasil penemuan ilmiah berupa benih unggul baru dari
beragam varietas gandum, padi dan jagung yang membuat hasi panen komoditas
tersebut meningkat di negara-negara berkembang.
3. Pembangunan Irigasi dan
Produksi Padi
Mengenai
perkembangan luas lahan dan luas produksi padi yang dihasilkan, terlihat bahwa
sejak masa Orde Baru memegang pemerintahan (1966) sampai dengan tahun 1987 luas
lahan irigasi melonjak hampir 2 kali lipat dengan laju sebesar 2,4% per tahun.
Luas kenaikan maksimum dicapai pada tahun 1987. tendensi ini diikuti dengan
melonjaknya jumlah produktifitas padi. Pada tahun 1987 produksi padi meningkat
hingga 44 juta ton, naik 3 kali lipat sejak tahun 1966. Tingkat produksi yang
dicapai ini diperoleh dengan naiknya intensitas tanam hingga mencapai rata-rata
1,8. Mengenai kenaikan produksi persatuan luas, tercatat naik dari 2,4 ton/ha
menjadi 4,5 ton/ha. Nilai ini bila diplotkan ke dalam sejarah evolusi padi di
negara-negara berkembang dengan Jepang sebagai perbandingan, telah berada di
fase keempat bersama-sama dengan Taiwan.
4. BIMAS, INMAS, INSUS Dan Panca Usaha Pertanian
Dalam rangka meningkatkan produk pertanian, pemerintah
Orde Baru melaksanakan program intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian yang
dimulai sejak Pelita I dan Pelita-Pelita berikutnya. Pada waktu itu
dilaksanakan program Bimbingan Masal (BIMAS) yang kemudian berubah menjadi
Intensifikasi Masal (INMAS), Intensifikasi Khusus (INSUS) dan Panca Usaha
Pertanian. Dalam usaha meningkatkan produksi pertanian padi, dilakukan
penanaman bibit unggul, seperti Varietas Unggul Baru (VUB) atau High Yealding
Varietas (HYV) sebagai hasil penelitian International Rice Research Institute
(IRRI).
Hubungan Revolusi Hijau Dengan Orde Baru
Revolusi
Hijau merupakan revolusi biji-bijian dari hasil penemuan ilmiah berupa benih
unggul dari berbagai varietas gandum, padi, dan jagung yang membuat hasil panen
komoditas tersebut meningkat di begara-negara berkembang. Revolusi hijau lahir
karena masalah pertambahan penduduk yang pesat. Pertambahan penduduk harus
diimbangi dengan peningkatan produksi pertanian.
Upaya
peningkatan produksi pertanian digalakkan melalui :
1. Pembukaan lahan pertanian baru
2. Mekanisme pertanian
3. Penggunaan pupuk baru
4. Mencari metode yang tepat
untuk pemberantasan hama
D. Gerakan Petani pada masa Orde Baru
1.
Tanah Untuk Petani
Tanah untuk
petani adalah konsep pembaruan agraria yang termuat dan tersusun secara
normatif dalam UUPA 1960, sebagai jawaban atas problem agraria yang diwariskan
pemerintahan kolonial.
Menurut
Gunawan Wiradi (2000), konsep pembaruan agraria kita mengacu pada konsep new
populism. Atas dasar ini, maka luas kepemilikan/penguasaan tanah dibatasi
dengan batas luas maksimum dan minimum. Namun, dalam perjalananya, setelah Orde
Baru berkuasa, semangat pembaruan agraria sebagaimana yang diamanatkan dalam
UUPA menjadi sesuatu yang tak berarti, karena seperti yang kita ketahui
bersama, rezim Orde Baru lebih memfokuskan pada persoalan pembangunan nasional
yang berlandaskan penjualan sumber daya alam kepada swasta, baik nasional
maupun asing.
2.
Gerakan Protes Petani
Gerakan
protes petani merupakan akumulasi dari keresahan sosial yang dirasakan oleh
para petani. Keresahan sosial tersebut muncul, sebagai akibat proses
eksploitasi dan pemaksaan kehendak tuan tanah dan kebijaksanaan pemerintah di
daerah Klaten. Dua pihak lawan tersebut, dijelaskan oleh BTI, sebagai pihak
penikmat surplus saja dan menghalangi akses terhadap tanah melalui harga sewa,
pajak, dan institusi ekonomi lainnya.
E. Pola Pertanian di Era Reformasi
Di era
reformasi, dewasa ini tentunya sistem pola pembangunan pertanian di Indonesia
semakin berkembang dibanding era orde baru. Para petani melanjutakan
pembangunan era orde baru yang menggunakan pembasmi hama, teknik pembibitan
yang lebih ditingkatkan sehingga padi dapat menghasilkan panen yang lebih
banyak dan lebih meningkat pada kualitas hasil produksi.
Selain itu
pola memanen yang dulunya dilakukan secara sendiri kini sudah menggunakan mesin
untuk mempercepat proses memanen dan lahan dapat segera ditanami kembali.
Dan semakin
berkembangnya teknologi pertanian di Indonesia, lahan-lahan yang sulit
digunakan untuk ditanami pun mulai dibuka menjadi areal tanam bagi tanaman yang
memberikan penghasilan bagi devisa negara, seperti halnya penanaman di lahan
yang tergenang maupun lahan yang tidak rata ataupun berbukit.
MEMBANGUN PERTANIAN
MASA DEPAN SECARA BERKELANJUTAN DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
(
kelompok 9 )
A. Pertanian di Era Revolusi Industri 4.0.
Seiring berjalannya waktu, inovasi terhadap sektor
pangan dan energi guna meningkatkan kemandirian pangan dan energi terus menjadi
perhatian. Mengingat era revolusi industri 4.0 sudah didepan mata sehingga
diperlukan inovasi yang mumpuni agar sektor pangan dan energi tidak tergerus
arus perubahan era modernisasi. Era revolusi industri 4.0 secara tidak langsung
telah menyebabkan kebijakan pembangunan industri diarahkan untuk mengembangkan
perwilayahan industri dan meningkatkan jumlah populasi industri guna meningkatkan
daya saing dan produktivitas nasional. Industri merupakan sektor yang penting
bagi perekonomian Indonesia. Guna meningkatkan PDB sektor industri, pemerintah
harus mendorong para pelaku usaha sektor pengolahan untuk segera mengadopsi
revolusi industri 4.0. Guna meningkatkan produktivitas dengan mengandalkan
teknologi. Dengan mengadopsi kemajuan teknologi diharapkan dapat meningkatkan
efisiensi bahan baku serta memberikan nilai tambah produk. Agar tidak menjadi
ancaman pengurangan lapangan kerja, revolusi industri difokuskan pada sektor
unggulan yang dapat menjadi penggerak perekonomian domestik.
B. Kondisi Pembangunan Pertanian Saat Ini.
Kondisi pertanian saat ini diuraikan sebagai
berikut: Pendapatan petani masih rendah baik secara nominal maupun secara
relatif dibandingkan dengan sektor lain. Usaha pertanian yang ada didominasi
oleh ciri-ciri : (a) skala kecil, (b) modal terbatas, (c) teknologi sederhana,
(d) sangat dipengaruhi musim, (e) wilayah pasarnya lokal , (f) umumnya berusaha
dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya involusi pertanian
(pengangguran tersembunyi), (g) akses terhadap kredit, teknologi dan pasar
sangat rendah, (h) Pasar komoditi pertanian sifatnya mono/oligopsoni sehingga
terjadi eksploitasi harga pada petani.
C. Permasalahan Pembangunan Pertanian.
a) Lahan.
(Konversi lahan yang
tidak terkendali & Keterbatasan dalam pencetakan lahan baru).
b) Penurunan
kualitas lahan.
(Rata‐rata
kepemilikan lahan yang sempit & Ketidakpastian status kepemilikan lahan)
c) Infrastruktur.
(Kerusakan jaringan
irigasi yang tinggi).
d) Pendangkalan
waduk.
(Kurang memadainya
sarana pelabuhan dan transportasi ternak).
e) Benih.
(Sistem pengadaan benih
yang tidak sesuai dengan musim tanam).
f) SDM.
(Kemampuan petani,
peternak dan pekebun dalam memanfaatkan teknologi maju).
g) Menurunnya
minat generasi muda untuk terjun di bidang pertanian.
h) Keterbatasan
tenaga penyuluh, pengamat OPT, Pengawas Benih Tanaman serta tenaga Kesehatan
Hewan.
i)
Permodalan.
(Sulitnya akses petani
terhadap permodalan).
Ditinjau dari sudut ekonomi pertanian maka adanya
persoalan penduduk dapat dilihat dari tanda-tanda berikut:
§ persediaan
tanah pertanian yang makin kecil.
§ produksi
bahan makanan per jiwa yang terus menurun.
§ bertambahnya
pengangguran.
§ memburuknya
hubungan-hubungan pemilik tanah dan bertambahnya hutang-hutang pertanian.
D. Tantangan Pembangunan Pertanian.
- Perubahan Iklim.
Gagal panen yang akan
berakibat kelangkaan/krisis, Kondisi Perekonomian Global,
Terjadi
pelemahan nilai tukar rupiah, harga produk dan biaya produksi menjadi lebih
mahal.Krisis ekonomi berdampak pada pelemahan ekspor dan Gejolak Harga Pangan.
- Bencana Alam.
Kemampuan
dan ketersediaan pangan sering terganggu, Peningkatan Jumlah Penduduk Melebihi
kapasitas lahan yang tersedia
- Aspek Distribusi.
Mengingat
Indonesia sebagai Negara kepulauan. Diperlukan aksesibilitas dan sarana
transportasi yang lebih efisien.
- Laju Urbanisasi.
Laju
urbanisasi yang tinggi, sehingga generasi muda cenderung meninggalkan
perdesaan/pertanian. Sektor pertanian menjadi kurang diminati generasi
E. Kebijakan Pembangunan Pertanian.
Kebijakan pertanian adalah serangkaian tindakan yang
telah, sedang dan akan dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan
tertentu. Adapun tujuan umum kebijakan pertanian kita adalah memajukan
pertanian, mengusahakan agar pertanian menjadi lebih produktif, produksi dan
efisiensi produksi naik dan akibatnya tingkat penghidupan dan kesejahteraan
petani meningkat.
1). Kebijakan Harga.
Kebijakan
ini merupakan salah satu kebijakan yang terpenting di banyak negara dan
biasanya digabung dengan kebijakan pendapatan sehingga disebut kebijakan harga
dan pendapatan (price and economic policy
2). Kebijakan Pemasaran.
Di
samping kebijakan harga untuk melindungi petani produsen, pemerintah dapat
mengeluarkan kebijakan-kebijakan khusus dalam kelembagaan perdagangan dengan
tujuan yang sama, tetapi dengan tekanan pada perubahan mata rantai pemasaran
dari produsen ke konsumen, dengan tujuan utama untuk memperkuat daya saing
petani.
3). Kebijakan Struktural.
Kebijakan
struktural dalam pertanian dimaksudkan untuk memperbaiki strukutur produksi
misalnya luas pemilikan tanah, pengenalan dan pengusahaan alat-alat pertanian
yang baru dan perbaikan prasarana pertanian pada umumnya baik prasarana fisik
maupun sosial ekonomi.
4). Kebijakan Perdagangan.
Tujuan
dari kebijakan perdagangan adalah untuk memperlancar atau menghambat pemasaran
komoditi dari suatu wilayah ke wilayah yang lain. Kebijakan perdagangan
merupakan suatu pembatasan yang diberlakukan pada impor dan ekspor suatu
komoditas.
RANGKUMAN METERI ILMU PERTANIAN DARI KELOMPOK 1
HINGGA 9
NAMA : MUH NURRODDIN
STAMBUK : E 281 18 015
PROGRAM STUDI : AGROTEKNOLOGI
MATA KULIAH : ILMU PERTANIAN
SEMESTER 1
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS PERTANIAN
TAHUN AJARAN 2018/1019
Komentar
Posting Komentar