Laporan Lengkap Persilangan Semangka
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hibridisasi adalah
teknik untuk meningkatkan produktifitas dari tanaman yang dimuliakan. Pada
peristiwa hibridisasi akan memperoleh kombinasi genetik yang diperoleh melalui
persilangan dua atau lebih tetua yang berbeda genotipnya. Secara teknis,
persilangan antara dua individu yang berbeda sifatnya dilakukan dengan cara memindahkan tepung sari
ke kepala putik pada tanaman yang diinginkan sebagai tetua, baik pada tanaman
yang menyerbuk sendiri (self pollination
crop) maupun pada tanaman yang menyerbuk silang (cross pollination crop)
(Wiwik, 2003).
Persilangan
merupakan salah satu teknik untuk memperbanyak variasi/keragaman genetik dari
suatu populasi tanaman. Keragaman genetik tentu sangat penting sebagai salah
satu upaya untuk mempermudah seleksi yang akan dilakukan oleh para pemulia
tanaman. Ketika persilangan dilakukan maka terjadi segregasi pada gamet tetua
jantan dan betina. Tanaman menyerbuk sendiri (autogami) yang memiliki bunga
sempurna (hermaprhodit/banci) karena putik dan benangsari terletak dalam satu
bunga (Sumarni, 2011).
Tanaman
semangka dibudidayakan secara luas oleh masyarakat terutama di dataran rendah,
sehingga memberi banyak keuntungan
kepada petani dan pengusaha semangka, serta dapat meningkatkan perbaikan tata
perekonomian Indonesia, khususnya bidang pertanian (Wijayanto et al, 2012). Indonesia mendapatkan
peluang ekspor semangka sebesar 1.000 ton/tahun, sedangkan permintaan pasar
dunia akan permintaan semangka mencapai
hingga 169.746 ton/tahun (Fadilah, 2012). Perkembangan produksi tanaman
semangka di Indonesia tahun 2009 mencapai 474.327 ton, namun pada tahun 2010
produksi semangka hanya mencapai 348.631 ton (Jasmine et al, 2014).
Menurut
(Zaura Makhliza et a, 2014). Tentang Respon pertumbuhan dan produksi
tanaman semangka (Citrullus vulgaris scharp.) terhadap
pemberian Giberelin dan Pupuk TSP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
respon pertumbuhan dan produksi tanaman
semangka (Citrullus vulgaris
scharp.) terhadap pemberian Giberelin dan Pupuk TSP. Peneliatian
dilaksanakan di lahan Jl. Pasar I No. 89, Tanjung Sari, Medan dengan ketinggian
tempat ± 25 meter diatas permukaan laut, mulai dari bulan Mei hingga Desember
2013, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu
giberelin (0, 100, 200 dan 300 ppm) dan pupuk TSP (60, 80 dan 100 g/tanaman).
Parameter yang diamati adalah panjang tanaman, umur berbunga, bobot buah dan
jumlah biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian giberelin berpengaruh
nyata dalam mengurangi jumlah biji dan bobot buah dan pemberian giberelin sampai 200 ppm pada perlakuan pupuk TSP 80
g/tanaman berpengaruh nyata mempercepat umur panen.
Pemuliaan tanaman bertujuan untuk
mendapatkan varietas tanaman yang baik. Varietas tanaman yang baik diperoleh
dari gen-gen yang menyusun sifat-sifat
baik pula. Gen-gen tersebut diambil dari koleksi gen di dalam plasma nutfah
yang berasal dari hasil mutasi, varietas lokal, kegiatan pemuliaan, dan
introduksi tanaman.
1.1.Tujuan
Praktikum
Mengetahui perbedaan bunga jantan dan bunga betina
tanaman semangka dan mengetahui teknik-teknik khusus persilangan pada tanaman semangka.
1.2.Manfaat
Praktikum
Untuk mengetahui beberapa perbedaan bunga jantan dan
bunga betina tanaman semangka dan mengetahui teknik persilangan pada tanaman
semangka.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Menurut Abi Ardillah et al., (2015). Tentang
Karakterisasi dan Evaluasi Keragaman
Genotipe Semangka Lokal. Karakterisasi merupakan tahap awal dari kegiatan
pemuliaan tanaman semangka. Berdasarkan kegiatan tersebut, akan diketahui
keragaman genetik yang ada. Informasi mengenai keragaman genetik terhadap
karakter yang diamati dapat dimanfaatkan pada tahap pemuliaan berikutnya.
Percobaan ini bertujuan untuk memperoleh informasi keragaman genetik dan
mempelajari hubungan kekerabatan antar genotip semangka berdasarkan tingkat
ketidakmiripannya. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo,
University Farm IPB pada Oktober 2015 hingga Januari 2015. Rancangan percobaan
yang digunakan adalah rancangan kelompok lengkap teracak dengan 8 genotip uji
hasil ekplorasi dan 1 genotip pembanding. Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa pengaruh genotip uji terdapat pada seluruh karakter yang diamati.
Karakter bobot buah, panjang buah, tebal perikarp, kekerasan daging buah,
padatan terlarut total daging buah, hari berbunga, dan hari panen memiliki
nilai duga heritabilitas arti luar yang tinggi. Karakter panjang petiol
memilikinilai duga hereditabilitas yang
sedang dan nilai duga heretabilitas pada karakter diameter buah tidak dapat diketahui. Berdasarkan hasil uji
hedonik, hanya genotip Bengkulu 3 yang disukai oleh panelis pada karakter
warna, aroma,
tekstur, dan rasa daging buah. Hasil
analisis gerombol menunjukkan bahwa genotip yang berasal dari daerah yang
secara umum akan mengelompok pada kelompok kekerabatan yang sama.
Menurut Anung Wahyudi et al., (2019). Tentang Evaluasi Galur
Semangka Berbiji Tipe Lonjong dan Non
Biji Tipe Bulat. Program pemuliaan tanaman di kampus Politeknik Negeri
Lampung telah memiliki 8 galur semangka
generasi ke-5 (S5). Galur-galur tersebut telah dievaluasi dan diseleksi dengan
harapan telah stabil secara genetik, serta mengetahui level adaptasi terhadap lingkungan. Hasil
analisis data menggunakan uju F menunjukkan perbedaan yang nyata antar
perlakuan pada tiap parameter pengamatan dengan uji BTN 5%. WM 140502 memiliki
berat tertinggi perbuah 3.17 kg. Kadar gula tertinggi adalah WM 140507 yaitu 9.47 brix. Saat ini Politeknik Negeri
Lampung memiliki 8 galur tipe oval dengan 6 galur berdaging merah dan galur
berdaging orange. Dari hasil evaluasi (S5), kita berharap memiliki galur murni
untuk perakitan hibrida dengan karakter yang berbeda.
Menurut Rafiqah (2017). Tentang Uji
Perbandingan Varietas dan Pengaruh Interval Waktu Pemberian Pupuk Daun Grow
More Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Scharp). Dalam penelitian ini menggunakan metode
rancangan acak kelompok (rak) dengan dua fakto yang diteliti yaitu faktor
penggunaan varietas (V) terdiri dari 3 level yaitu V1 Varietas New Dragon, V2 Varietas Punggawa, V3 Varietas Baginda dan
faktor interval pemberian pupuk Grow More (G) terdiri dari 3 level yaitu G1
5 hari sekali (2 cc/ liter air), G2 10 hari sekali (2 cc/liter
air), G3 15 hari sekali (2 cc/liter air). Dari hasil analisa secara
statistik menunjukkan bahwa uji perbandingan varietas berbeda nyata terhadap
parameter tebal kulit buah menunjukkan pengaruh yang nyata, tetapi tidak
berbeda nyata terhadap parameter panjang tanaman, jumlah cabang tanaman, berat
buah pertanaman sampel, berat buah per plot, tebal daging buah pertanaman, jumlah
buah pertanaman dn jumlah buah per plot. Dari hasil analisa secara statistik
menunjukkan bahwa interaksi antara kedua perlakuan tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap parameter panjang tanaman, jumlah cabang tanaman, berat
buah pertanaman sampel, berat buah per plot, diameter buah per tanaman sampel,
tebal kulit buah per tanaman dan jumlah buah per plot, tetapi pada parameter
jumlah cabang pada umur 2,3 dan 4 menanam setelah tanam (mst) dan tebal kulit
buah per tanaman.
2.2. Landasan Teori
2.2.1
Persilangan Tanaman
Persilangan merupakan salah satu teknik untuk memperbanyak
variasi/keragaman genetik dari suatu populasi tanaman. Keragaman genetik tentu
sangat penting sebagai salah satu upaya untuk mempermudah seleksi yang akan
dilakukan oleh para pemulia tanaman. Ketika persilangan dilakukan maka terjadi
segregasi pada gamet tetua jantan dan betina. Tanaman menyerbuk sendiri
(autogami) yang memiliki bunga sempurna (hermaprhodit/banci) karena putik dan
benangsari terletak dalam satu bunga (Sumarni, 2011).
Hibridisasi adalah teknik untuk meningkatkan produktifitas
dari tanaman yang dimuliakan. Pada peristiwa hibridisasi akan memperoleh
kombinasi genetik yang diperoleh melalui persilangan dua atau lebih tetua yang
berbeda genotipnya. Secara teknis, persilangan antara dua individu yang berbeda
sifatnya dilakukan dengan cara
memindahkan tepung sari ke kepala putik pada tanaman yang diinginkan sebagai
tetua, baik pada tanaman yang menyerbuk
sendiri (self pollination crop) maupun pada tanaman yang menyerbuk silang
(cross pollination crop) (Wiwik, 2003).
Hukum I Mendel merupakan hukum segregasi atau hukum
pemisahan alel-alel dari suatu gen yang berpasangan. Pada pembentukan sel
kelamin (gamet), pasangan-pasangan alel memisah secara bebas. Hukum ini berlaku
untuk persilangan dengan satu sifat beda (monohibrid). Persilangan monohybrid
merupakan suatu persilangan dengan menggunakan varietas-varietas induk dengan
hanya memiliki satu sifat beda. Pada sepasang alel yang berbeda, salah satunya
akan bersifat dominan dan yang lain bersifat resesif. Percobaan persilangan
tersebut dilakukan bertujuan untuk mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua
terhadap keturunannya (Campbell, 2004).
Manfaat dari persilangan monohibrid adalah untuk
menghasilkan sifat-sifat yang unggul pada keturunannya. Sifat unggul yang
diinginkan dapat diperoleh dari persilangan dua indukan yang memiliki sifat
unggu seperti yang diinginkan. Dalam pertanian, persilangan monohibrid sering
dimanfaatkan pada pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas tanaman yang
unggul dengan produktivitas tinggi (Abdurrahman, 2008).
2.2.2 Morfologi dan Manfaat Bunga Bagi
Pemuliaan Tanaman
Bunga
adalah struktur pembiakan pada tumbuhan berbunga, yaitu tumbuhan-tumbuhan dalam
divisi Magnoliophyta. Bunga mengandung organ-organ tumbuhan, dan fungsinya
ialah untuk menghasilkan biji-biji melalui pembiakan. Untuk tumbuhan-tumbuhan
yang bertaraf lebih tinggi, biji-biji merupakan generasi berikutnya, dan
bertindak sebagai cara yang utama untuk penyebaran individu-individu spesies
secara luas (Lakitan, 2010). Sesuai dengan yang di ungkapkan (Haryudin w. dan
Otih) bahwa bunga lengkap apabila memiliki benang sari dan putik.
Berdasarkan
jumlah bunga, tumbuhan dapat dibedakan menjadi tumbuhan berbunga tunggal
(planta uniflora) dan tumbuhan berbunga banyak (planta multiflora). Berdasarkan
letaknya, bunga dibedakan menjadi bunga terminal bila letaknya di ujung cabang
atau ujung batang dan bunga aksiler apabila bunga terletak di ketiak daun
(Allard, 2011).
Bagian-bagian
bunga secara umum yaitu bagian-bagian yang bersifat seperti batang atau cabang,
yaitu ibu tangkai bunga (pedunculus, pedunculus communis atau rhachis) yaitu
bagian yang biasanya berupa terusan batang atau cabang yang mendukung bunga
majemuk. Ibu tangkai ini dapat bercabang, dan cabang-cabangnya bercabang lagi,
dapat pula sama sekali tidak bercabang. Tangkai bunga (pedicellus), yaitu
cabang ibu tangkai yang mendukung bunganya. Dasar bunga (receptaculum), yaitu
ujung tangkai bunga yang mendukung bagian-bagian bunga yang lainnya. Daun-daun
pelindung (bractea), yaitu bagian-bagian serupa daun yang dari ketiaknya muncul
cabang-cabang ibu tangkau atau tangkai bunganya. Daun tangkai (bracteola),
yaitu satu atau dua daun kecil yang terdapat pada tangkai bunga. Pada tumbuhan
biji belah (dicotyledoneae) biasanya terdapat dua daun tangkai yang tegak lurus
pada bidang median, sedangkan pada tumbuhan biji tunggal (monocotyledoneae)
hanya terdapat satu daun tangkai dan letaknya di dalam bidang median. Seludang bunga
(spatha), yaitu daun pelindung yang besar, yang seringkali menyelubungi seluruh
bunga majemuk waktu belum mekar. Daun-daun pembalut (bractea involuclaris,
involucrum), yaitu sejumlah daun-daun pelindung yang tersusun dalam suatu
lingkaran. Kelopak tambahan (epicalyx), yaitu bagian-bagian yang serupa daun
berwarna hijau, tersusun dalam suatu lingkaran dan terdapat di bawah kelopak.
Daun-daun kelopak (sepalae). Daun-daun mahkota atau daun tajuk (petalae) jika
kelopak dan mahkota sama bentuk dan warna. Benang-benang sari (stamina) dan
daun-daun buah (carpella) (Tjitrosoepomo, 2009).
Perhiasan
bunga terdiri dari kelopak (calyx) dan mahkota (corolla). Pada beberapa
tumbuhan, terkadang ditemui adanya kelopak tambahan (epicalyx), ada juga
tumbuhan yang memiliki perhiasan bunga dimana struktur calyx dan corolla tidak
dapat dibedakan. Struktur seperti ini dikenal dengan istilah tenda bunga
(perigonium). Masing-masing struktur baik kelopak, mahkota maupun tenda bunga
terdiri dari daun-daun kelopak (sepalae), daun-daun mahkota (petalae), jumlah
daun mahkota terkadang lebih banyak daripada jumlah daun kelopak. Mahkota
berfungsi menarik serangga yang akan membantu proses penyerbukan (Rosanti, 2013).
Bunga
berfungsi utama menghasilkan biji. Penyerbukan dan pembuahan berlangsung pada
bunga. Setelah pembuahan, bunga akan berkembang menjadi buah. Buah adalah
struktur yang membawa biji. Fungsi biologi bunga adalah sebagai wadah
menyatunya gamet jantan (mikrospora) dan betina (makrospora) untuk menghasilkan
biji. Proses dimulai dengan penyerbukan, yang diikuti dengan pembuahan, dan
berlanjut dengan pembentukan biji.
2.2.3 Botani Tanaman
Semangka
Semangka merupakan tanaman semusim
yang termasuk kedalam famili Cucurbitaceae
sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo L.), mentimun (Cucumis sativus L.), labu
siam (Sechium edule (Jacq) Sw,), labu
air (Lagenaria siceraria (Mol) Standl.),
dan waluh (Cucurbita
moschata
Dutch ex Poir). Labu air dan waluh dapat digunakan
sebagai batang bawah untuk semangka karena kedua tanaman tersebut mempunyai
tingkat resistensi yang sangat tinggi terhadap penyakit layu fusarium
(Sunarjono, 2004).
Klasifikasi tanaman semangka menurut Rukmana (2006) yakni
sebagai berikut : Divisio spermathophyta, subdivisio angiospermae, klas
dicotyledonae, ordo cucurbitales, famili cucurbitaceae, genus citrullus,
species citrullus vulgaris Schard.
Tanaman semangka bersifat menjalar dan mempunyai alat
pemegang seperti sulur, permukaan tanaman (batang dan daunnya) tertutup
bulu-bulu halus dan tajam (Sunarjono, 2004). Umur buah semangka siap panen
tergantung varietasnya, tetapi umurnya
berkisar antara 80-90 hari setelah tanam benih atau 65-75 hari setelah pindah
tanam, bahkan ada pula yang pada kisaran 95-100 hari setelah tanam benih,
tetapi umurnya berkisar antara 80-90 hari setelah tanam benih atau 65-75 hari
setelah pindah tanam, bahkan ada pula yang pada kisaran 95-100 hari setelah
tanam benih. Berdasarkan klasifiaksi warna kulit buah dibedakan menjadi tiga
macam warna yakni hijau muda, hijau tua dan kuning, baik yang polos ataupun
bergaris-garis (Sunarjono, 2004).
Tanaman semangka termasuk jenis tanaman menjalar atau
merambat dengan alat pemegang berbentuk pilin, dan hidupnya semusim. System
perakarannya menyebar ke samping dan dangkal. Batang tanaman semangka bersegi
dan berambut. Panjang batang antara 1,5-5,0 meter dan tanamannya bercabang
menjalar diseluruh permukaan tanah atau
dirambatkan pada turus dari bilah-bilah
bambu (Rukmana, 2006).
Helaian daun menyirip kecil-kecil, permukaannya berbulu,
bentuknya mirip jantung dibagian pangkalnya, ujungnya meruncing, tepinya
bergelombang dan berwarna hijau tua. Letak daun bersebrangan satu sama lain dan
tersusun dalam tangkai berukuran relatif panjang (Rukmana, 2006).
Semangka memiliki tiga jenis bunga, yaitu bunga jantan (staminate), bunga betina (pistillate), dan bunga sempurna (hermaphrodite). Namun demikian, umunya
semangka memiliki bunga jantan dan betina dengan proporsi 7 : 1. Bunga jantan
memiliki tangkai sepanjang 12-45 mm, mahkota bunga sepanjang 10-25 mm, dan
berwarna hijau kekuningan. Sementara bunga betina berbentuk tunggal
dengan panjang tangkai
45 mm, lima helai mahkota bunga, dan berwarna kuning kehijauan. Bunga
tersebut akan keluar dari ketiak daun
biasanya mekar pada pagi hari (Sobir et
al, 2010).
2.2.4 Syarat Tumbuh Tanaman Semangka
Semangka
berasal dari Afrika, suatu daerah tropika dengan cahaya penuh, sedangkan suhu
udara tinggi dan kering. Iklim yang kering dan panas, sinar matahari dan air
yang cukup merupakan kebutuhan tanaman yang utama. Apabila cahaya matahari
kurang penuh bersinar, maka tanaman akan berbunga kurang baik, bunga muda
gugur, dan akhirnya pembuahannya pun menjadi kurang baik (Kalie, 2008).
Untuk
memperoleh panen semangka yang cepat dengan kualitas tinggi adalah suhu
rata-rata harian berkisar 25-30°C. Suhu ini umumnya dicapai di daerah dengan
ketinggian hingga 300 m diatas permukaan
laut (dpl). Penanaman di lahan yang lebih tinggi akan menyebabkan suhu udara
menurun dan akan mengakibatkan umur panen yang lebih lama (Sobir
et al, 2010). Suhu yang lebih tinggi
lagi masih diperlukan jika calon buah sudah terbentuk. Proses pemasakan buah
yang baik membutuhkan panas yang
berkisar pada suhu 30°C (Kalie, 2008).
Disamping sebagai pengangkut zat makan, air berfungsi
sebagai penyusun tubuh tanaman dan pembentk zat makanan. Semangka memerlukan
banyak air karena 90% dari buah semangka adalah air tetapi semangka tidak perlu
diairi atau digenangi terus menerus. Akar tanaman akan mati karena kekurangan oksigen
untuk respirasi bila dilingkungan perakarannya tergenangi air. Tanaman semangka
tampaknya dapat tumbuh pada berbagai tipe lahan, asalkan drainasenya baik.
Tanaman semangka menyukai lahan yang gembur dan subur, mengandung banyak bahan
organik, serta mempunyai drainase yang baik. Tanah yang berpasir atau tanah
lempung berpasir yang banyak mengandung Nitrogen cocok untuk lahan tanaman ini (Kalie, 2008).
Keasaman tanah (pH) yang diinginkan untuk pertumbuhan
optimum semangka berkisar 5,8-7,2. Apabila pH tanah kurang dari 5,8 (tanah
asam), perlu dialkukan pengapuran dengan dosis disesuaikan dengan tingkat
keasaman. Selain itu, semangka agak sensitif terhadap kadar garam (Sobir et al, 2010).
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1. Tempat Dan Waktu
Praktikum
persilangan tanaman dilakukan dikebun Akademik, Fakultas Pertanian, Univeritas
Tadulako. Palu. Pada hari Kamis tanggal
24 Oktober 2019 pada pukul 06.00 sampai dengan selesai.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang
digunakan dalam persilangan ini adalah Hekter (klip), handphone, kertas, tali
rapia, pulpen dan bahan yang digunakan dalam persilangan ini adalah tanaman
semangka, bunga jantan dan bunga betina.
3.3. Cara
Kerja
Gambar 1.
Penyungkupan bunga
semangka
Penyungkupan bunga
betina tanaman semangka dilakukan di sore hari dengan tujuan ketika pagi hari
matahari mulai muncul, serangga yang
biasanya membantu dalam persilangan/perkawinan tidak dapat melakukan
persilangan.
Ciri-ciri bunga yang
siap disilangkan adalah bunga berwarna kuning dan memiliki bakal buah di bawah
bunga, bukan buah yang kelopak bunganya sudah menghitam karena itu sudah
disilangkan. Bunga yang di selungkupi kertas tadi akan mekar di pagi hari.
Gambar 2.
Persilangan bunga jantan dan
betina tanaman
semangka
Persilangan antara
bunga jantan dengan bunga betina
dilakukan dipagi hari sebelum matahari muncul dan belum berakhirnya waktu persilangan, dengan tujuan ketika bunga
betina yang disungkupkan dibuka dan mekar/siap disilangkan kita lebih dahulu
menyilangkan dari pada serangga pembantu persilangan.
Proses melakukan
persilangan yakni pertama memilih bunga jantan dari variteas lain. Pada gambar
diatas bunga betina adalah varietas kuning (V2), dan bunga jantan dari variets merah (V1).
Setelah dilakukan pemilihan varietas bunga jantan, kemudian bunga jantan
dipetik yang kemudian kelopak pada bunga jantan dihilangkan satu per satu.
Langkah selanjutnya bunga jantan yang telah dihinglangkan kelopak bunganya
selanjutnya disilangkan dengan bunga betina.
Proses penyilangan
antara bunga jantan dan betina dilakukan dengan hai-hati. Bunga jantan di
oleskan-oleskan ke daerah bunga betina secara perlahan dengan tujuan agar tidak
merusak kelopak pada bunga betina.
Karena kemungkinan ketika kelopak bunga betina rusak hal yang terjadi adalah
proses penyilangan tidak akan berhasil atau gagal.
Gambar 3.
Penyungkupan Hasil Persilangan tanaman
semangka
Penyungkupan hasil
persilangan semangka dilakukan tepat setelah melakukan persilangan (pagi hari)
dengan tujuan agar bakal buah atau bunga yang disilangkan cepat membentuk buah
dan tidak disilangkan lagi dengan serangga pembantu persilangan.
Proses penyukupan juga
dilakukan secara perlahan dengan tujuan agar tidak merusak kelopak bunga betina
yang telah dikawinkan atau disilangkan. Bunga betina yang telah disilangkan
dengan bunga jantan selanjutnya di selungkup dengan kertas dan diberi tanda
nama, stambuk dan di beri tali rafia yang menandakan bahwa bunga tersebut telah
disilangkan.
Gambar 4.
Pembukaan Sungkup dan Hasil
Persilangan
Pembukaan sungkup pada
bunga betina yang telah disilangkan dilakukan
setelah 7 hari persilangan. Pembukaan sungkup dilakukan disore hari
karena sore hari cuaca tidak panas dan kemungkinan besar malamnya akan terasa
dingin. Tujuan pembukaan sungkup pada bunga betina yang telah dikawinkan
/disilangkan adalah agar buah yang telah jadi semakin membesar. Hasil yang
diperoleh setelah penyungkupan dapat disimpulkan berhasil karena setelah 7 hari
setelah penyungkupan buah sudah mulai membesar.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Morfologi Bunga Tanaman Semangka
Gambar 5. Morfologi
Bunga Tanaman
Semangka
Semangka
memiliki tiga jenis bunga, yaitu bunga jantan (staminate), bunga betina (pistillate),
dan bunga sempurna (hermaphrodite).
Namun demikian, umunya semangka memiliki bunga jantan dan betina dengan
proporsi 7 : 1. Bunga jantan memiliki tangkai sepanjang 12-45 mm, mahkota bunga
sepanjang 10-25 mm, dan berwarna hijau kekuningan. Sementara bunga betina
berbentuk tunggal
dengan panjang tangkai
45 mm, lima helai mahkota bunga, dan berwarna kuning kehijauan. Bunga
tersebut akan keluar dari ketiak daun
biasanya mekar pada pagi hari (Sobir et
al, 2010).
Bunga adalah struktur pembiakan pada tumbuhan berbunga, yaitu
tumbuhan-tumbuhan dalam divisi Magnoliophyta. Bunga mengandung organ-organ
tumbuhan, dan fungsinya ialah untuk menghasilkan biji-biji melalui pembiakan.
Untuk tumbuhan-tumbuhan yang bertaraf lebih tinggi, biji-biji merupakan
generasi berikutnya, dan bertindak sebagai cara yang utama untuk
penyebaran individu-individu spesies secara luas
(Lakitan, 2010). Sesuai dengan yang di ungkapkan (Haryudin w. dan Otih) bahwa
bunga lengkap apabila memiliki benang sari dan putik.
4.2. Persilangan Tanaman Semangka
Gambar 6. Hasil
Persilangan (Berhasil atau tidak)
Gambar diatas menunjukkan keberhasilan dalam persilangan karena setelah 7 hari bunga yang
telah disungkup dibuka buah semakin membesar setiap harinya dan diameter buah
semangka semakin membesar. Faktor yang menyebabkan berhasil dan tidaknya dalam
persilangan adalah bagaimana proses persilangan tersebut dilakukan apakah
salah, apakah terjadi kerusakan pada kelopak bunga, atau tanaman yang bunganya
disilangkan telah mati.
Keberhasilan suatu
persilangan buatan dapat dilihat kira-kira satu minggu (7 hari) setelah
dilakukan penyerbukan. Jika calon buah mulai membesar dan tidak rontok maka
kemungkinan telah terjadi pembuahan. Sebaliknya, jika calon buah tidak membesar
atau rontok maka kemungkinan telah terjadi kegagalan pembuahan. Keberhasilan
penyerbukan buatan yang kemudian diikuti oleh pembuahan (Sumarni, 2011).
Selain itu hal penting
yang harus diperhatikan adalah cara meletakkan serbuk sari dari induk jantan ke
atas kepala putik induk betina, dan menjaganya
jangan sampai kepala putik tersebut kejatuhan serbuk sari dari tanaman
lain yang tidak dikehendaki maupun dari tanaman yang sama. Oleh karena itu,
setelah polinasi bunga ditutup/dibungkus menggunakan plastik agar tidak
tersebuku bunga lain dan tidak rusak (Sandra, 2008).
Faktor yang
mempengaruhi hibridisasi terjadinya faktor internal dan juga eksternal. Faktor
internal terjadi pada waktu tanam berbunga, yaitu: penyesuaian waktu berbunga
dan waktu emaskulasi dan penyerbukan. Sedangkan faktor internal lainnya yakni
cuaca saat penyerbukan. Sedangkan faktor internal antara lain cuaca saat
penyerbukan, pemilihan tetua, dan pengetahuan tentang organ reproduksi dan tipe
penyerbukan. Keberhasilan persilangan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: suhu
dan cahaya. Pada suhu udara yang dingin, cuaca gelap atau musim hujan, saat
berbunga akan terhambat. Suhu yang panas, cuaca cerah, dan musim kemarau akan
mempercepat pembungaan. Suhu dan cahaya ketika siang hari terletak pada
puncaknya (Syukur, 2009).
Tanda keberhasilan
hibridisasi adanya pembengkakan pada pangkal buah, kelopak bunga layu bakal
buah tetap segar. Keberhasilan suatu persilangan buatan dapat dilihat kira-kira
satu minggu (7 hari) setelah dilakukan penyerbukan. Jika pental mengering,
namun bakal buah tetap segar kemudian bakal buah membesar dan memanjang kemungkinan
telah terjadi pembuahan. Sebaliknya, jika bunga yang gagal mengadakan
fertilisasi biasanya gugur atau kepala putiknya terlihat layu dan bakal buah
rontok (Sandoro, 2005).
Keberhasilan
penyerbukan buatan yang kemudian diikuti oleh pembuahan dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah kompatibilitas tetua, ketepatan waktu
resesif betina dan antesis jantan, kesuburan tanaman serta faktor lingkungan.
Kompatibilitas tetua terkait dengan gen-gen yang terkandung pada tetua jantan
dan betina. Waktu resesif betina dan antesis jantan dapat dilihat cirri
morfologi bunga. Bunga yang terbaik adalah bunga yang akan mekar pada hari
tersebut. Sementara itu, faktor lingkungan yang berpengaruh pada keberhasilan
persilangan buatan adalah curah hujan, cahaya matahari, kelembaban dan suhu.
Curah hujan dan suhu tinggi akan menyebabkan rendahnya keberhasilan persilangan
buatan (Syukur, 2009)
BAB
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Persilangan
merupakan salah satu teknik untuk memperbanyak variasi/keragaman genetik dari
suatu populasi tanaman. Keragaman genetik tentu sangat penting sebagai salah
satu upaya untuk mempermudah seleksi yang akan dilakukan oleh para pemulia
tanaman. Ketika persilangan dilakukan maka
terjadi segregasi pada gamet tetua jantan dan betina. Tanaman menyerbuk sendiri
(autogami) yang memiliki bunga sempurna (hermaprodit/banci) karena putik dan
benangsari terletak dalam satu bunga.
Hasil persilangan yang telah
dilakukan menunjukkan keberhasilan hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan bentuk buah dari bakal buah menjadi
buah, dan semakin hari buah menjadi besar dan lebih besar. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
dalam persilangan adalah waktu.
5.2 Saran
Pada
praktikum pemuliaan selanjutnya, seharusnya praktikan harus memperhatikan
prosedur atau tata cara persilangan antara bunga jantan dan bunga betina pada
tanaman semangka. Karena tanaman semangka sangat rentan atau sensitif jika
disentuh dengan tangan, besar kemungkinan akan menjadi kegagalan panen.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrahman,
Deden. 2008. Biologi Kelompok Pertanian. Grafindo. Media Pratama, Bandung.
Abi
Ardillah Yasinda, Surjono Hadi Sutjahjo, Siti Marwiyah. 2015.
Karakterisasi dan Evaluasi Keragaman
Genotipe Semangka Lokal. Bul. Agrohorti 3(1): 47-58.
Allard,
2011. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan, Jakarta Universitas Terbuka.
Anung
Wahyudi, Zainal Mutaqin, Dulbari. 2019. Evaluasi Galur Semangka Berbiji Tipe
Lonjong dan Non Biji Tipe Bulat. Jurusan
Budidaya Tanaman. Politeknik Negeri Lampung. Jurnal Planta Simbiosa Volume 1(1)
Campbell, Neil A. 2004.
Biologi. Erlangga, Jakarta
Fadilah
KN. 2012. Penapisan Fitokimia Kulit Semangka dan Pemanfaatan sebagai Minuman
Kesehatan. Tasikmalaya STIKES.
Jasmine,
Ginting J, Siagian B. 2014. Respon Pertumbuhan dan Produksi Semangka (Citrullus vulgaris Schard) terhadap Konsentrasi Paclobutrazol dan Dosis
Pupuk NPK. Jurnal Agreteknologi 2(3): 967-974.
Kalie,
Moehd Baga. 2008. Bertanam Semangka. Jakarta: Penebar Swadaya. 77 hlm.
Lakitan,
2010. Identifikasi Bunga. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Rafiqah
Amanda Lubis. 2017. Uji Perbandingan Varietas dan Pengaruh Interval Waktu
Pemberian Pupuk Daun Grow More Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman
Semangka (Citrullus vulgaris Scharp).
EKSAKTA. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran MIPA ISSN : 2502-101X. Vol 2. No.
2.
Rukmana,
R. 2006. Budidaya Semangka Hibrida. Kanisius. Yogyakarta.
Rosanti
D. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Sandoro.
2005. Teknik Persilangan. Kanisius. Yogyakarta.
Sandra.
2008. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sobir
dan Firmasnyah. 2010. Budidaya Semangka Panen 60 Hari. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Sumarni. 2011.
Persilangan Tanaman. UMM Press. Malang
Sunarjono,
H. 2004. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Syukur.
2009. Teknik Pemuliaan Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta
Tjirosoepomo,
Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pres.
Wijayanto
T, Yani WR, Arsana MW. 2012. Respon Hasil dan Jumlah Biji Buah Semangka (Citrullus vulgaris) dengan Aplikasi Hormon Giberelin (GA3).
Jurnal Aroteknos. 2(1): 57-62
Wiwik. 2003. Pemuliaan
Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.
Zaura
Makhliza, Ferry Ezra T. Sitepu Haryati. 2014. Respon Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris
Schard) terhadap Pemberian Giberelin
dan Pupuk TSP. Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No. 2337-6597 Vol. 2, No 4
: 1654-1660.
Komentar
Posting Komentar