Kultum

 

Ahli Ibadah tapi Ahli Neraka

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّينِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَـعِينَ،
وَرَسُولُه

Kaum muslimin yang dirahmati Allah SWT.,

Puji syukur kita haturkan ke hadhirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kita dimudahkan untuk melaksanakan berbagai ketaatan dan ibadah kepada-Nya.bersyukur kepada Allah SWT, atas petunjuk yang Dicurahkan, sehingga kita bisa menyembah, beribadah dan tunduk terhadap aturan-Nya.

Sholawat serta salam mari haturkan kepada junjungan kita Nabiulloh Muhammad Sollallohu ‘alaihi wasalam yang mana berkat perjuangan dan para sahabat-sahabatnya kita dapat hidup dari dunia penuh dengan kegelapan menuju dunia yang terang benderang yakni addinul islam.

Terimaksih kami haturkan kepada pembawa acara dan para dewan juri yang telah memberikan waktu kepada kami untuk menyampaikan qultum dengan judul yang diusung adalah ahli ibadah tapi ahli neraka.

Dewan juri dan rekan-rekan sekalian

Betapa banyak manusia di alam ini yang tersesat, sehingga mereka tidak menyembah Allah, namun yang mereka sembah adalah setan. Mereka menyembah, namun salah sasaran. Kita dan mereka sama-sama ibadah. Bedanya, kita beribadah kepada Tuhan yang benar, Al-Haq. Sementara mereka beribadah kepada tuhan yang batil, menyembah thaghut, yang tidak layak untuk disembah. Kita dan mereka sama-sama lelah, sama-sama mengorbankan waktu dan tenaga. Bahkan bisa jadi, mereka lebih lelah dibandingkan kita.

Allah swt berfirman dalam surahnya yang  menceritakan keadaan salah satu ahli neraka,

عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ . تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً

“Rajin beramal lagi kepayahan, namun, memasuki api yang sangat panas (neraka).” (QS. Al-Ghasyiyah: 3 – 4).

Dewan juri dan rekan-rekan sekalian

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan satu riwayat dari Abu Imran Al-Jauni, bahwa suatu ketika Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu pernah melewati sebuah kuil, yang ditinggali seorang rahib nasrani.

Umarpun memanggilnya, ‘Hai rahib… hai rahib.’ Kemudian Rahib pun menoleh. Ketika itu, Umar terus memandangi sang Rahib. Dia perhatikan ada banyak bekas ibadah di tubuhnya. Kemudian tiba-tiba Umar menangis.

Beliaupun ditanya, ‘Wahai Amirul Mukminin, apa yang membuat anda menangis seperti ini?. Mengapa menangis ketika anda  melihatnya.’
Kemudian Umar menjawab, ‘Aku teringat firman Allah dalam Al-Quran, (yang artinya) ‘Rajin beramal lagi kepayahan, namun, memasuki neraka yang sangat panas’ Itulah yang membuatku menangis.’ (Tafsir Ibn Katsir, hlm. 8/ hlm. 385).

Kaum muslimin, yang berbahagia…,

Tahukah anda mengapa mereka di neraka?

Mereka rajin ibadah, namun semua sia-sia, justru mengantarkan mereka ke neraka?

Apakah Allah mendzalimi mereka? Tentu tidak, karena Allah tidak akan pernah mendzalimi hamba-Nya. Allah haramkan mendzalimi hamba-Nya.

Lalu apa sebabnya?

Tentu saja semua itu kembali kepada pelaku perbuatan itu. Sebabnya adalah dia salah dalam beribadah. Dia beribadah, namun salah sasaran, salah tata cara, salah niat, salah yang disembah, atau salah semuanya. Sehingga bagaimana mungkin Allah akan menerimanya? Dan di saat yang sama, Allah justru memberikan hukuman kepada mereka...Naudzubillahimin dzlik

Dewan juri dan rekan rekan sekalian..contoh kecil dari kisah diatas adalah  puasa dan solat sunnah tarwih yang sering kita lakukan. Bisa saja kita puasa yang pada awalnya diniatkan dengan tulus dan ikhlas kerena Allah, namun ketika pada siang harinya kita membatalkannya dengan sengaja. Sedang pada saat solawat tarwih pada awal malam ramadhan jamaah dimasjid begitu banyak , begitu ramai tapi bagaimana dengan esok harinya apakah rame seterusnya atau kita hanya bermodalkan ikut-ikutan beribadah agar masjid ramai atau karena hal lain. Lantas bagaimana dengan ibadah kita selama ini.. wallohu a’lam…

Saudaraku dan para juri sesama muslim, yang dirahmati Allah..,
Menyadari hal ini, sudah selayaknya kita bersyukur, Allah jadikan kita orang mukmin, padahal kita tidak pernah memintanya. Kita patut bersyukur, kita terlahir dari keluarga muslim, padahal kita tidak pernah diminta untuk memilihnya. Yang ini menjadi salah satu modal bagi kita agar ibadah kita diterima oleh Allah.

Hadirin yang dirahmati Allah SWT.

Kita sudah memiliki modal iman, tinggal saatnya kita berusaha agar amal kita diterima Allah. Bagaimana caranya? Caranya: kita berupaya agar amal yang kita kerjakan adalah amal yang benar. Benar sesuai dengan kriteria yang ditetapkan syariat.

 

Kriteria itu, Allah nyatakan dalam firman-Nya,

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”. (QS. Al-Kahfi: 110)

Dewan juri yang kami hormati

Puasa adalah suatu perkara yang wajib untuk kita kerjakan. Dimana pada bulan ramadhan ini adalah bulan paling mulia diantara bulan-bulan lainnya. Sebab dibulan ramadhan terdapat malam 1000 bulan dimana malam turunnya al qur”anul karim dan merupakan sebagai media kita untuk merauk, mengais pahala dari Allah Adza wadzalla.

Maka timbul suatu pikiran kita menjalankan puasa tapi kita tidak mengerjakan sholat lima waktu, padahal perkara yang dihisap pertama kali adalah sholat kemudian amalan-amalan lainnya. Lantas bagaiamana dengan ibadah puasa kita selama ini diterima ataukah tidak Wallohu ,alam bissoab semoga allah mengampuni dosa-dosa kita dan menerima amal perbuatan kita selama. Aamiin.

 

 

 

 

Abu hurairah raddiyallahu’anhu berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ sesungguhnya amal yang pertama kali dihisap pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit sholat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman , ‘ lihatlah apakah Hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.’ (H,R Tirmidzi,ia mengatakan hadist tersebut hasan) [ H.R Tirmidzi no. 413 dan An-nasa’I, no. 466. Al-Hafizh Abu  Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih].

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Niat yang ikhlas semata, belumlah cukup untuk membuat amal kita diterima. Semangat, bukan modal utama agar amal kita diterima. Karena kita juga dituntut untuk benar dalam tata caranya.

Sebagai seorang mukmin, tentu tidak ingin amal kita ditolak karena salah prakteknya. Kita dalam beramal telah mengeluarkan modal tenaga, waktu, atau bahkan harta. Jangan sampai menjadi batal, karena kita kurang perhatian dengan tata cara beramal.

Karena itu, mari kita menjadi orang yang mencintai sunnah dan berusaha membumikan sunnah. Berusaha menyesuaikan amal kita dengan sunnah. Dengan itu, kita bisa berharap, amal kita diterima. Kita bisa tiru semangat para ulama dalam meniti sunah, hingga mereka berdoa,

Yang artinya  “Ya Allah, matikanlah aku di atas islam dan sunnah…” (HR. Al-Khatib dalam Tarikh Baghdad, hlm. 9/ hlm. 354).

Hadirin rohimakumulloh..

Semoga Allah menerima amal kita dan tidak menjadikannya sia-sia. Amiin.

Sekian qultum kami sampaikan kurang dan lebihnya mojhon dimaafkan. Jika ada kata-kata yang salah dan menyinggung perasaan itu datangnya dari pribadi kami sendiri, jika ada benarnya  maka datangnya dari Allah Adza wadzalla.

Syukron , Alhamdulillah

Komentar