Laporan Lengkap Dasar-Dasar Hortikultura
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Tanaman semangka
dibudidayakan secara luas oleh masyarakat terutama di dataran rendah, sehingga
memberi banyak keuntungan kepada petani
dan pengusaha semangka, serta dapat meningkatkan perbaikan tata perekonomian Indonesia,
khususnya bidang pertanian (Wijayanto et
al, 2012).
Indonesia mendapatkan peluang
ekspor semangka sebesar 1.000 ton/tahun, sedangkan permintaan pasar dunia akan
permintaan semangka mencapai hingga
169.746 ton/tahun (Fadilah, 2012). Perkembangan produksi tanaman semangka di
Indonesia tahun 2009 mencapai 474.327 ton, namun pada tahun 2010 produksi
semangka hanya mencapai 348.631 ton (Jasmine et al, 2014).
Tanaman semangka termasuk
salah satu jenis tanaman buah-buahan semusim yang mempunyai arti penting bagi
perkembangan sosial ekonomi rumah tangga maupun negara. Pengemabangan budidaya
komoditas ini mempunyai prospek cerah karena dapat mendukung upaya peningkatan
pendapatan petani. Daya tarik budidaya semangka bagi petani terletak pada nilai
ekonominya yang tinggi (Junaidi et al,
2013).
Biji semangka kadaluarsa akan
lambat berkecambah bahkan tidak berkecambah sama sekali walaupun media tanamnya
sudah cocok. Hal ini disebabkan oleh masa dormansi benih, yaitu keadaan
terbungkusnya lembaga biji oleh lapisan kulit. Selain dari pada itu benih kadaluarsa
mengalami penurunan
dalam berkecambah. Perlakuan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan viabilitas benih semangka kadaluarsa yaitu dengan
menggunakan cara perendaman dengan air maupun larutan ZPT (Sunarlim et al, 2011).
Dalam
dunia pertanian penggunaan ZPT merupakan faktor pendukung yang dapat memberikan
kontribusi besar dalam keberhasilan usaha budidaya pertanian. Namun
penggunaan hormon ini harus dilakukan
dengan tepat. Tingkat keberhasilan dalam pengunaan ZPT ini pada dasarnya tergantung pada jenis dan
konsentrasi yang digunakan (Kurniati, 2012).
Menurut
Fatma (2009) beberapa jenis ZPT yang umum terdapat dipasaran yaitu Auksin yang memiliki fungsi merangsang
pertumbuhan dan merangsang pemebelahan dan pemebesaran sel. Adapun konsentrasi
Auksin yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman yaitu 1-3 ml/liter
air. Penggunaan ZPT pada konsentrasi dan
interval waktu yang tepat dapat dengan baik meningkatkan pertumbuhan (Lestari,
2010)
1.2
Tujuan
Untuk
mengetahui respons tanaman semangka terhadap pengaruh berbagai konsentrasi ZPT atonik terhadap pertumbuhan dan
perkembangan dua varietas tanaman semangka.
1.3
Manfaat
Mengetahui
respons tanaman semangka terhadap pengaruh berbagai konsentrasi ZPT atonik terhadap pertumbuhan dan
perkembangan dua varietas tanaman semangka.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Penelitian
Terdahulu
Menurut
Adnan et al (2017) tentang Pengaruh
Konsentrasi dan Lama Perendaman Dalam ZPT Auksin Terhadap Viabilitas Benih
Semangka (Citrullus lunatus)
Kadaluarsa. Bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan lama perendaman
dalam ZPT auksin terhadap viabilitas benih semangka kadaluarsa serta interaksi
yang dimunculkan dari keduanya. Penelitian ini menggunakan rancangan acak
lengkap (RAL) pola factorial, yang terdiri dari dua faktor yaitu : K0 (0
ml/liter air atau kontrol), L1 (2 jam), L2 (4 jam), dan L3 (6 jam). Untuk
menggambarkan perkecambahan benih semangka maka dilakukan pengamatan dengan
parameter sebagai berikut ; daya berkecambah, potensi tumbuh, vigor, tinggi
kecambah, dan panjang akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan
konsentrasi auksin berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah, potensi
tumbuh, indeks vigor, tinggi kecambah dan panjang akar benih semangka
kadaluarsa. Perlakuan konsentrasi auksin terbaik dijumpai pada konsentrasi 2
ml/liter air (L2). Interaksi antara perlakuan konsentrasi dan lama perendaman
dalam ZPT auksin berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter pengamatan
yang meliputi daya kecambah, potensi tumbuh, indeks vigor, tinggi kecambah,
serta panjang akar.
2.2
Landasan
Teori
2.2.1
Klasfikasi Dan
Botani Tanaman Semagka (Citrullus lanatus)
Klasifikasi
ilmiah semangka menurut (Sobir et al,
2010) sebagai berikut : Divisio magnoliophyta, kelas magnoliopsida, ordo
violales, familia cucurbitaceae, genus citrullus, dan spesies citrullus
vulgaris.
Secara
umum buah semangka dikelompokkan menjadi 3 golongan, yakni : buah berbentuk
bulat, buah berbentuk bulat tinggi, dan buah berbentuk bulat panjang (Oblong).
Ketiga bentuk buah tersebut mempunyai kulit buah bergaris memanjang atau polos,
tergantung varietasnya. Begitu pula ukuran besar buah. Menurut permintaan pasar
saat ini, ukuran buah dikelompokkan menjadi: Klas a buah berukuran 4 kg keatas, bentuk buah
proposional, tidak keropo. Klas b buah berukuran 2-4 kg. Klas c buah berukuran
kurang dari 2 kg. Kelas d buah yang kurang layak dijual, akibat bentuk yang
kurang sempurna ataupun sebab lainnya, tanpa memandang berat buah tanaman itu
sendiri (Purba et al, 2015).
Tanaman semangka mempunyai bunga tidak sempurna, artinya
antara tepung sari dan kepala putik yang dimiliki setiap bunga tidak terletak
pada bunga yang sama. Tepung sari terdapatb pada bunga yang bertangkai lurus
yang disebut bunga jantan. Sedangkan kepala putik terdapat pada bunga yang pada tangkainya
terlihat adanya bakal buah yang menggelembung, bunga ini dinamakan bunga betina
(Purba et al, 2015).
Bunga semangka berjenis kelamin satu, berwarna kuning,
diameter sekitar 2 cm dan bunga tersebut tumbuh di sekitar ketiak batang daun,
muncul pada umur 30 sampai 41 hari setelah tanam, bunga yang jadi dari 100%
yaitu 3% tetraploid, bunga betina yang jadi 10 sampai 20% dan selebihnya 67%
triploid bunga jantan. Membedakan bunga jantan dan betina yaitu bunga betina
mengandung susunan genotif diploid (4n) dan ada calon buah, sedangkan bunga
jantan diploid (2n) tidak ada calon buah (Sunarjono, 2013).
Daun tanaman berbentuk cubing, terletak berseberangan
beraturan sepanjang sulur tanaman. Panjang sulur dapat mencapai 5-6 meter atau
lebih, tergantung kondisi di sekeliling tanaman itu sendiri/kesuburan tanah dan
lain sebagainya (Sarawa, 2012).
Perakaran tanaman semangka merupakan akar tunggang yang
terdiri dari akar utama dan akar lateral. Dari akar lateral ini keluar
serabut-serabut akarv tersier. Panjang akar utama sampai akar batang berkisar
15 sampai 20 meter sedangkan akar lateral menyebar sekitar 35 sampai 45 cm
(Purba et al, 2015).
2.2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Semangka (Citrullus lanatus)
Ketinggian tempat yang ideal untuk tanaman semangka
adalah 100 sampai 300 meter diatas permukaan laut. Walaupun idealnya demikian,
pada kenyataannya tanaman semangka dapat juga ditanam didaerah dekat pantai
yang ketinggiannya kurang dari 100 meter di atas permukaan laut. Demikian juga
di daerah yang memiliki ketinggian lebih dari 300 meter diatas permukaan laut
pun masih dapat ditanam semangka (Purba et
al, 2015).
Kualitas buah semangka yang baik akan tercapai
apabila selisih antara suhu sing hari dengan malam hari (amplitude hari) di
lokasi penanaman cukup tinggi. Suhu siang hari untuk pembesaran buah semangka
30°C, sedangkan malam hari sebaiknya 22°C. Suhu yang tinggi pada siang hari
akan meningkatkan laju fotosintesis (pembentukan makanan). Suhu malam hari yang
rendah akan menurunkan laju respirasi (pembakaran cadangan makanan) sehingga
cadangan makanan yang telah disimpan dalam buah tadi akan menjadi besar dan
berasa manis (Purba et al, 2015).
Secara
teoritis curah hujan yang ideal untuk penanaman semangka adalah 40-50 mm/bulan.
Bila hujan lebat dan lahan sampai tergenang, pertumbuhan tanaman dapat
terganggu (Purba et al, 2015). Sebenarnya di masa serba maju seperti sekarang
ini, intensitas curah hujan dapat diabaikan apabila budidaya semangka tersebut
kita lakukan dengan teknik-teknik tertentu (Sarawa, 2012).
Kelembaban
udara sekeliling cenderung rendah apabila sinar matahari mampu menyinari areal
penanaman. Apabila udara mempunyai kelembaban yang rendah, berarti udara kering
karena miskin air. Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan semangka sebab di
daerah asalnya tanaman seamngka hidup dilingkungan padang pasir yang berhawa
kering, sebaliknya kelembaban yang terlalu tinggi akan memicu datangnya jamur
perusak tanaman (Purba et al, 2015).
Tanah
yang cocok untuk ditanami semangka adalah tanah yang sarang (poros) hingga
mudah membuang kelebihan air. Tetapi tanah yang terlalu mudah membuang air
kurang baik pula untuk ditanami semangka, karena tanah demikian akan membutuhkan
frekuensi penyiraman yang lebih sering hingga menambahkan tenaga untuk
melakukan penyiraman. Sebaliknya, tanah yang terlalu padat ataupun menyerap dan
menyimpan air sama sekali tidak cocok untuk ditanami tanaman semangka karena
sistem perakaran semangka tidak tahan terhadap genangan air dan mudah busuk
kemudian tanaman akan mati (Foth, 1993 dalam Purba et al, 2015).
Untuk
pertumbuhan yang baik, tanaman semangka membutuhkan adaptasi yang luas terhadap
pH tanah 5 sampai 7. Pertumbuhan tanaman semangka akan baik pada pH>8,
serangan fusarium pada tanaman semangka akan berkurang, sebaliknya jika pH
rendah maka perlu dilakukan pengapuran tanah sesuai dengan tingkat keasaman
tanah (Purba et al, 2015).
Tanaman
semangka mempunyai adaptasi yang luas terhadap pH tanah (derajat
keasaman tanah). Pertumbuhan tanaman semangka akan optimal apabila
dibudidayakan dengan kisaran pH 6,5-7,2. Namun demikian tanaman
semangka dapat tumbuh pada pH 5,4-7,4. Pada kondisi tanah masam atau
pH<6, beberapa unsure hara terutama fosfor (P) sulit diserap
tanaman karena terikat oleh unsur alumunium (Al), mangan (Mn), dan besi (Fe).
Tanah yang masam juga sebagai media yang baik bagi perkembangan pathogen,
seperti cendawan penyebab layu fusarium. Agar tanah masam dapat ditanami dan
menghasilkan buah semangka yang baik harus dinaikkan dahulu pH
tanahnya (Sarawa, 2012).
2.2.3 Perlakuan
Berdasarkan penelitian
Annisah (2009), giberelin terbukti berpengaruh terhadap pembentukan buah tanpa
biji pada semangka (partenokarpi) dengan konsentrasi hormon giberelin berbeda-beda
serta menghasilkan hasil yang berbeda pula. Sesuai penelitian pendahuluan yang
telah dilaksanakan, terbukti bahwa pemberian hormon giberelin berpengaruh
terhadap jumlah biji, ukuran dan bobot buah. Pada konsentrasi hormone 150 ppm
memiliki hasil terbaik dibandingkan dengan konsentrasi 50 ppm dan 100 ppm.
Dalam
dunia pertanian penggunaan ZPT merupakan faktor pendukung yang dapat memberikan
kontribusi besar dalam keberhasilan usaha budidaya pertanian. Namun
penggunaan hormon ini harus dilakukan
dengan tepat. Tingkat keberhasilan dalam pengunaan ZPT ini pada dasarnya tergantung pada jenis dan
konsentrasi yang digunakan (Kurniati, 2012).
Beberapa
jenis ZPT yang umum terdapat dipasaran
yaitu Auksin yang memiliki fungsi merangsang pertumbuhan dan merangsang
pemebelahan dan pemebesaran sel. Adapun konsentrasi Auksin yang tepat untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman yaitu 1-3 ml/liter air. Penggunaan ZPT pada konsentrasi dan interval
waktu yang tepat dapat dengan baik meningkatkan pertumbuhan (Lestari, 2010).
Biji semangka kadaluarsa akan
lambat berkecambah bahkan tidak berkecambah sama sekali walaupun media tanamnya
sudah cocok. Hal ini disebabkan oleh masa dormansi benih, yaitu keadaan
terbungkusnya lembaga biji oleh lapisan kulit. Selain dari pada itu benih
kadaluarsa mengalami penurunan
dalam berkecambah. Perlakuan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan viabilitas benih semangka kadaluarsa yaitu dengan
menggunakan cara perendaman dengan air maupun larutan ZPT (Sunarlim et al, 2012).
Biji
kemungkinan gugur sebelum dewasa tanpa membawa keguguran buah. Biji yang gugur
dapat masih sangat kecil sehingga terkesan buahnya tidak berbiji. Proses gugur
biji bisa terjadi secara buatan dengan perlakuan ZPT yang mengakibatkan
terhentinya endosperm maupun embrio dan giberelin terdapat pada semua organ
tanaman tertinggi ditemukan didalam biji, dengan adanya penyemprotan giberelin
dari luar (secara eksogen) maka biji tidak lagi berkembang karena pertumbuhan
atau pembesarn buah disokong dari luar (Simanungkalit, 2011)
III.
METODE
PRAKTIKUM
3.1
Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar-dasar
hortikultura dilakukan di kebun akademik, Fakultas Pertanian, Universitas
Tadulako, Palu. Dimulai pada tanggal 23 September 2019 dan berakhir pada
tanggal 30 November 2019 yang dimulai setiap pukul 07.00 sampai dengan pukul
09.00 WITA .
3.2
Alat dan Bahan
Adapun alat yang
digunakan yaitu mesin traktor, skop, cangkul, linggis, meteran, ember, parang,
sabit, nampan, tali rafia, sprayer genggam/atamozer, tabung suntik, gelas ukur.
Dan bahan yang digunakan adalah bibit tanaman semangka variasi merah dan
kuning, plastik, ZPT (Atonik) dan air.
3.3
Cara Kerja
Persiapan tempat
dilakukan dengan cara membersihkan lahan/lokasi dari pada kotoran-kotoran,
rerumputan, dan bebatuan. Selanjutnya buat bedengan dengan ukuran 2 x 3 meter
dan tinggi bedengan 20 cm. setelah itu buat pola tanam 50 x 100 untuk ditanamai
semangka. Setelah itu dilakukan persiapan media dan wadah yang akan digunakan.
Media yang digunakan adalah tanah dengan media nampan dan plastik.
Pengisian media, media
yang digunakan ialah tanah, sebelum pengisian tanah tersebut dibersihkan dengan
menggunakan ayakan guna menghindari kotoran-kotoran yang menempel. Tanah yang telah
bersih selanjutnya dimasukan ke dalam plastik sesuai dengan ukuran plastik,
hanya memberi lubangan dengan kedalaman 5 cm dari permukaan plastik. Plastik
yang telah terisi tesebut kemudian disusun berdasarkan varietas semangka yang
telah ditentukan jumlahnya untuk digunakan dengan jarak tanam 50 cm dan 100 cm
pada bedengan.
Setelah disiapkan media
tanam selanjutnya benih yang disemai pada plastik yang telah disiapkan sesuai
dengan jumlah lubang pada bedengan. Persemaian dilakukan dengan cara menanam
benih pada media tersebut dengan cara membuat lubang tanam dengan kedalaman 5
cm dari permukaan plastik dan menutupnya kembali dengan tanah halus dan bersih
dari kotoran. Dengan tujuan agar perkecambahan tidak terhambat.
3.4
Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan
untuk merawat benih agar tumbuh hanya melakukan penyiraman yang dilakukan
dengan menggunakan sprayer genggam/atamozer hingga media tampak basah.
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari. Penyulaman dilakukan ketika
terdapat tanaman yang rusak atau tidak baik dalam berkecambah yang akan
menyebabkan kemungkinan terjadinya kegagalan panen. Penyulaman bertujuan untuk
mengganti tanaman yang siap dipindahkan ke lahan terbuka namun pertumbuhan dan
perkembangannya tidak baik dalam perkecambahan, sehingga tanaman harus diganti
sebelum ditanam agar pertumbuhan dan perkembangannya setelah dipindahkan ke
lahan terbuka dapat tumbuh dengan baik.
3.5
Variabel
Pengamatan
3.5.1
Komponen
Tumbuh
3.5.1.1 Tinggi tanaman
Pada pengukuran tinggi
tanaman pertama tanaman semangka kurang lebih 10 hari setelah tanam pada
tanggal 17 Oktober 2019, pada tanaman a
10,5 cm dan tanaman b 5 cm. Pengukuran
ke dua 10 hari berikutnya pada tanggal 26 Oktober 2019 pada tanaman a 41 cm dan
tanaman b 15 cm. Pengukuran ke tiga 10 hari berikutnya pada tanggal 6 November
2019 pada tanaman a 60 cm dan tanaman b 35 cm. pengukuran ke empat pada tanggal
10 November 2019 tanaman a 65 cm dan tanaman b 40 cm.
3.5.1.2 Jumlah Daun
Pada pengukuran jumlah daun pertama tanaman
semangka kurang lebih 10 hari setelah tanam pada tanggal 17 Oktober 2019, pada
tanaman a 7 helai daun dan tanaman b 5 helai daun. Pengukuran ke dua 10 hari
berikutnya pada tanggal 26 Oktober 2019 pada tanaman a 15 helai daun dan
tanaman b 9 helai daun. Pengukuran ke tiga 10 hari berikutnya pada tanggal 6 November
2019 pada tanaman a 34 helai daun dan tanaman b 33
helai daun. pengukuran ke empat 20 hari setelah tanam pada tanggal 16 November
2019 tanaman a 0 helai daun dan tanaman b 0 helai daun.
3.5.1.3 Diameter Batang
Pada pengukuran diameter batang pertama
tanaman semangka kurang lebih 10 hari setelah tanam pada tanggal 17 Oktober
2019, pada tanaman a 3,21 mm dan tanaman
b 2,31 mm. Pengukuran ke dua 10 hari
berikutnya pada tanggal 26 Oktober 2019 pada tanaman a 3,61 mm dan tanaman b 2,45
mm. Pengukuran ke tiga 10 hari berikutnya pada tanggal 6 November 2019 pada
tanaman a 4,40 mm dan tanaman b 2,56 mm. pengukuran ke empat 10 hari setelah
tanama pada tanggal 16 November 2019 tanaman a 8,96 mm dan tanaman b 7,32 mm.
3.5.1 Komponen
hasil
3.5.1.1 Jumlah Buah
Untuk jumlah hasil buah yang
dipanen pada sabtu 23 November 2019, buah yang dihasilkan setiap tanaman
dibedengan tidak ada karena beberapa faktor yakni tanaman mati, terkena
penyakit, cuaca atau karna faktor lain jarang disiram.
3.5.1.2 Diameter Buah
Untuk hasil diameter buah yang
dipanen pada sabtu 23 November 2019, buah yang dihasilkan setiap tanaman
dibedengan tidak ada karena beberapa faktor yakni tanaman mati, terkena
penyakit, cuaca atau karna faktor lain jarang disiram.
3.5.1.3 Berat Buah
Untuk hasil berat buah yang dipanen pada sabtu 23 November
2019, buah yang dihasilkan setiap tanaman dibedengan tidak ada karena beberapa
faktor yakni tanaman mati, terkena penyakit, cuaca atau karna faktor lain
jarang disiram.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil dan
Pembahasan
4.1.1
Tinggi
Tanaman
Berdasarkan
praktikum yang dilaksanakan di kebun akademik mengenai tinggi tanaman semangka
maka diperoleh hasil data dan diagram batang sebagai berikut :
Tabel 1. Data Pengukuran Tinggi Tanaman Semangka
No |
Pengukuran 1 (15 hst
ke-1) |
Pengukuran 2 (15 hst
ke-2) |
Pengkuran 3 (15 hst
ke-3) |
Pengukuran 4 (15 hst
ke-4) |
|
A B |
A B |
A B |
A
B |
1. |
10,5cm
5cm |
41cm
15cm |
60cm
35cm |
65cm
40cm |
Diagram
Batang 1. Pengukuran Tinggi Tanaman
Semangka
Pada tabel dan diagram
batang diatas menjelaskan bahwa tinggi tanaman mengami kenaikan yang signifikan
seiring dengan berjalannya waktu. Perbedaan yang sangat nampak dari kedua
tanaman ini adalah dalam segi bentuk dan ukuran, bentuk tanaman semangka A sudah
besar sejak ditanam dibedengan sedang tanaman semangka B agak kecil sejak
ditanam, sehingga tinggi tanaman semangka berbeda hasilnya. Pengkuran tinggi
tanaman bertujuan untuk mengetahui apakah tanaman mengalami pertumbuhan dan
perkembangan atau justru sebaliknya.
Menurut Novizan (2005),
bahwa unsur hara yang diserap tanaman, tercuci oleh aliran air, atau terikat
ion lain yang muatannya berlawanan dan membentuk senyawa organik yang mengendap
di dalam air. Bagain yang mengendap tersebut tidak dapat digunakan oleh
tanaman.
Menurut Sarijan (2008),
yang mengatakan bahwa pemberian atonik sebanyak 2 kali dengan selang waktu satu
minggu setelah pemberian pertama dan dimulai pada minggu kedua setelah tanam
dengan cara disemprotkan tidak memeberikan pengaruh yang nyata terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman padi sawah. Begitu juga dengan hasil penelitian
Mulyono (2003), menunjukkan bahwa atonik (1ml/liter) tidak mempengaruhi tinggi
tanaman lada tetapi bila dikombinasikan dengan pupuk daun kristalon dapat
menaikkan tinggi tanaman secara nyata.
4.1.2
Jumlah
Daun
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan di kebun akademik mengenai
jumlah daun tanaman semangka maka diperoleh hasil data dan diagram batang
sebagai berikut :
Tabel 2. Data Pengukuran Jumlah Daun Tanaman
Semangka
No |
Pengukuran 1 (15 hst
ke-1) |
Pengukuran 2 (15 hst
ke-2) |
Pengkuran 3 (15 hst
ke-3) |
Pengukuran 4 (15 hst
ke-4) |
|
A B |
A B |
A B |
A
B |
1. |
7 helai 5
helai |
15 helai 9
helai |
34 helai
33 helai |
0 helai
0 helai |
Diameter Batang 2. Pengukuran Jumlah
Daun Tanaman Semangka
Pada
pengamatan jumlah daun pada tanaman semangka berdasarkan tabel dan digram
batang yang menggunakan tanaman uji A dan B mengalami kenaikan yang signifikan.
Namun, pada pengukuran ke empat mengalami penurunan drastis. Penyebab turun
drastisnya jumlah daun pada tanaman semangka ini adalah terdapat beberapa
faktor diantaranya adalah tanaman yang dijadikan sebagai sample pengukuran
mengalami kerusakan atau dalam hal lain mati, kemungkinan yang menyebabkan
tanaman semangka mati adalah kurangnya pasokan air yang masuk kedalam sistem
perakaran semangka sehingga dengan mudah tanaman semangka mati.
Menurut
Denian et al (2001), pertumbuhan dan
produksi yang baik tersebut juga diakibatkan oleh faktor lingkungan, salah
satunya adalah ketersediaan unsure hara dan pemanfaatan sumber daya air. Sabut
kelapa merupakan limbah pertanian yang selama ini kurang dimanfaatkan keberadaannya.
4.1.3
Diameter
Batang
Berdasarkan praktikum yang
dilaksanakan di kebun akademik mengenai diameter batang tanaman semangka maka
diperoleh hasil data dan diagram batang sebagai berikut :
Tabel 3. Data Pengukuran Diameter Batang Tanaman
Semangka
No |
Pengukuran 1 (15 hst
ke-1) |
Pengukuran 2 (15 hst
ke-2) |
Pengkuran 3 (15 hst
ke-3) |
Pengukuran 4 (15 hst
ke-4) |
|
|
|
A B |
A B |
A B |
|
1. |
3,21mm
2,31mm |
3,69mm 2,45mm |
4,40mm
2,56mm |
8,96mm 7,32mm |
Diagram Batang 3. Pengukuran Diameter
Batang Tanaman Semangka
Berdasarkan
tabel dan diagram batang diatas menjelaskan bahwa diameter batang tanaman
semangka mengalami kenaikan yang signifikan dan begitu sempurna, sehingga
tanaman semangka mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan baik seiring
berjalannya hari dan waktu.
Menurut
Hanafiah (2005), air yang diserap tanaman selain sebagai komponen
sel-selnya, juga berfungsi sebagai media
reaksi pada hamper seluruh proses metabolismenya. Metabolisme nitrogen dalam
tanaman merupakan faktor utama untuk pertumbuhan vegetatif batang, dan daun
tanaman sehingga terdapat pengaruhnya
pada pertambahan diameter batang tanaman tersebut.
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
praktikum di kebun akademik dan data-data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Pada
pengukuran tinggi tanaman pertama tanaman semangka 15 hari setelah tanam pada
tanggal 17 Oktober 2019, pada tanaman a
10,5 cm dan tanaman b 5 cm. Pengukuran
ke dua 15 hari berikutnya pada tanggal 26 Oktober 2019 pada tanaman a 41 cm dan
tanaman b 15 cm. Pengukuran ke tiga 15 hari berikutnya pada tanggal 6 November
2019 pada tanaman a 60 cm dan tanaman b 35 cm. pengukuran ke empat pada tanggal
16 November 2019 tanaman a 65 cm dan tanaman b 40 cm
2.
Pada
pengukuran jumlah daun pertama tanaman semangka 15 hari setelah tanam pada
tanggal 17 Oktober 2019, pada tanaman a
7 helai daun dan tanaman b 5 helai daun.
Pengukuran ke dua 15 hari berikutnya pada tanggal 26 Oktober 2019 pada tanaman
a 15 helai daun dan tanaman b 9 helai daun. Pengukuran ke tiga 15 hari
berikutnya pada tanggal 6 November 2019 pada tanaman a 34 helai daun dan
tanaman b 33 helai daun. pengukuran ke empat pada tanggal 16 November 2019
tanaman a 0 helai daun dan tanaman b 0 helai daun.
3.
Pada
pengukuran diameter batang pertama tanaman semangka 15 hari setelah tanam pada
tanggal 17 Oktober 2019, pada tanaman a
3,21 mm dantanaman b 2,31 mm. Pengukuran
ke dua 15 hari berikutnya pada tanggal 26 Oktober 2019 pada tanaman a 3,61 mm
dan tanaman b 2,45 mm. Pengukuran ke tiga 15 hari berikutnya pada tanggal 6
November 2019 pada tanaman a 4,40 mm dan tanaman b 2,56 mm. pengukuran ke empat
pada tanggal 16 November 2019 tanaman a 8,96 mm dan tanaman b 7,32 mm.
4.
Untuk jumlah hasil buah yang dipanen
pada sabtu 23 November 2019, buah yang dihasilkan setiap tanaman dibedengan
tidak ada karena beberapa faktor yakni tanaman mati, terkena penyakit, cuaca
atau karna faktor lain jarang disiram. Untuk hasil diameter buah yang dipanen
pada sabtu 23 November 2019, buah yang dihasilkan setiap tanaman dibedengan
tidak ada karena beberapa faktor yakni tanaman mati, terkena penyakit, cuaca
atau karna faktor lain jarang disiram. Dan untuk hasil berat buah yang dipanen pada sabtu 23 November
2019, buah yang dihasilkan setiap tanaman dibedengan tidak ada karena beberapa
faktor yakni tanaman mati, terkena penyakit, cuaca atau karna faktor lain
jarang disiram.
5.2
Saran
Untuk praktikum selanjutnya sebaiknya praktikan merawat tanaman dengan
baik, benar, tepat dan penuh kesabaran. Karena tanaman yang disiram dengan baik
dan benar dengan pemeliharaan yang tepat dan penuh kesababaran.akan baik
hasilnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan., Boy Riza Juanda., Muhammad Zaini.2017.
Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam ZPT Auksin terhadap Viabilitas
Benih Semangka (Citrullus lunatus)
Kadaluarsa. Jurnal Penelitian
Agrosamudra. Vol. 4 No 1.
Annisah. 2009. Pengaruh Induksi Giberelin terhadap
Pembentukan Buah Partenokarpi pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard.). Skripsi
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.
Fatma.D.N. 2009. Zat Pengatur Tumbuh Asam Giberelin
(GA3) dan Pengaruh Terhadap Perkecambahan Benih Palem Raja (Roystonea regia). Jurnal Penelitian
Agrobisnis. Universitas Baturaja, Malang.
Jasmine,
Ginting J, Siagian B. 2014. Respon Pertumbuhan dan Produksi Semangka (Citrullus vulgaris Schard) terhadap Konsentrasi Paclobutrazol dan Dosis
Pupuk NPK. Jurnal Agreteknologi 2(3): 967-974.
Junaidi,
I., Sartono. J.S., Endang. S.S. 2013. Pengaruh Macam Mulsa dan Pemangkasan
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris schard). UNISRI, Surakarta. Jurnal Inovasi
Penelitian
Kurniati,
N. 2012. ZPT. Tanijonegoro
Lestari,
L.B. 2010. Kajian ZPT Atonik dalam Berbagai Konsentrasi dan Interval
Penyemprotan terhadap Produktivitas Tanaman Bawang Merah (Allium ascolinicum L.). Jurnal Ilmiah. Fakultas Pertanian
Universitas Mochamad Sroedji, Jember.
Mulyono,
D. 2003. Pengaruh Pupuk Daun dan Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pertumbuhan
Vegetatif Tanaman Lada. Jn Prosiding Seminar Teknologi Untuk Negeri, Vol. II,
BPPT Jakarta, Hal. 48 - 54
Novizan.
2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Tanggerang : PT. Agro Media. Pustaka.
Rajawali. 53. Lingga P.
Purba, Jimmi Oki, Asil Barus,
Syahri. 2015. Respon Pertumbuhan dan Produksi Semangka Kuning (Citrullus lanatus) terhadap Pemeberian
Pupuk NPK (15:15:15) dan Pemangkasan Buah. Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN
No. 2337 – 6597. Vol. 3, No. 2:595-605
Sarijan,
A. 2008. Pengaruh Pemberian Atonik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Padi Sawah (Oryza sativa (L)Linn).
Jurnal Dinamis. 2 (120 : 11-18)
Simanungkalit,
E.R . 2011. Peningkatan Mutu dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Skripsi. Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sobir
dan Firmasnyah. 2010. Budidaya Semangka Panen 60 Hari. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Sunarlim.
N., Syukaria. I., Joko. P. 2011. Pelukaan Benih dan Perendaman Dengan Atonik
pada Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Tanaman Semangka Non Biji (Citrullus vulgaris Schard L.) Fakultas
Pertanian dan Peternakan UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru.
Sunarjono,
H. 2013. Bertanam 36 Jenis Tanaman Buah. Jakarta: Penebar Swadaya. 204 hlm.
Wijayanto
T, Yani WR, Arsana MW. 2012. Respon Hasil dan Jumlah Biji Buah Semangka (Citrullus vulgaris) dengan Aplikasi Hormon Giberelin (GA3).
Jurnal Aroteknos. 2(1): 57-62
Komentar
Posting Komentar