Laporan Lengkap Teknik Inisiasi dan Perbanyakan Buah naga (Hylocerus costaricensis) Asal Biji Secara In Vitro


 TEKNIK INISIASI DAN PERBANYAKAN BUAH NAGA (Hylocerus costaricensis) ASAL BIJI
SECARA IN VITRO




LAPORAN LENGKAP
MUH NURRODDIN







PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019










TEKNIK INISIASI DAN PERBANYAKAN BUAH NAGA (Hylocerus costaricensis) ASAL BIJI
SECARA IN VITRO



Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan
Matakuliah Teknik Perbanyakan Bahan Tanam  
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako


Oleh
MUH NURRODDIN
E 281 18 015




 


          PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Judul               : Inisiasi Dan Perbanyakan Buah Naga (Hylocereus costaricensis)
                          Asal Biji Secara In Vitro
Nama               : Muh Nurroddin
Stambuk          : E 281 18 015
Kelas               : AGT 3

Palu,      Oktober 2019
Mengetahui,
Koordinator Asisten Praktikum                                     Asisten Penanggung jawab                                                 




     Mustakim, S.P.,M.P                                                        Rina Novia Lestary   
                                                                                                     E 281 15 325


Menyetujui,
Dosen Penanggung Jawab Praktikum
Mata Kuliah Teknologi Perbanyakan Bahan Tanam





Dr. Ir. Enny Adelina, M.P
NIP: 19631023 198803 2 001








KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmatdan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini dengan judul “Inisiasi Dan Perbanyakan Buah Naga (Hylocereus costaricensis) Asal Biji Secara In Vitro”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Teknologi Perbanyakan Bahan Tanam.
Selama pelaksanaan praktikum ini penulis banyak mendapatkan arahan, bimbingan, saran serta dorongan dari berbagai pihak sehingga pelaksanaan  praktikum dan penulisan laporan ini dapat terselesaikan dengan baik dan benar. Oleh karenanya, dengan kerendahan hati penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.      Dr. Ir. Enny Adelina, M.P. Selaku dosen penanggung jawab praktikum mata kuliah teknologi perbanyakan bahan tanam.
2.      Mustakim, S.P.,M.P. Selaku koordinator asisten praktikummata kuliah teknologi perbanyakan bahan tanam
3.      Rina Novia Lestary. Selaku asisten penanggung jawab praktikum mata kuliah teknologi perbanyakan bahan tanam.
Akhir kata, Alhamdulillahi Rabbil Alamin semoga Allah SWT Memberikan
imbalan yang setimpal atas kebaikan dan jasa-jasa mereka, serta tulisan ini
mendapat ridho-Nya dan bermanfaat bagi semua pihak.
Palu,   Oktober 2019

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman                                                                                                                    
HALAMAN SAMPUL..............................................................................             i
HALAMAN JUDUL.................................................................................            ii
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................           iii
KATA PENGANTAR..............................................................................           iv
DAFTAR ISI..............................................................................................            v
DAFTAR GAMBAR................................................................................          vii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................         viii

BAB 1 PENDAHULUAN
     1.1  Latar Belakang.................................................................................            1
     1.2  Tujuan Praktikum.............................................................................            2
     1.3  Manfaat Praktikum...........................................................................            2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA   
2.1  Penelitian Terdahulu.........................................................................            3      
2.2  Landasan Teori .................................................................................          4
2.2.1  Klasifikasi Tanaman Buah Naga (Hylocereus costaricensis).v            4
2.2.2  Kultur Jaringan.......................................................................           6
2.2.3  Bahan Tanam..........................................................................          7
2.3  Hipotesis...........................................................................................          8
BAB 3 METODE PRAKTIKUM
3.1  Waktu dan Tempat...........................................................................            9
3.2  Alat dan Bahan.................................................................................           9
3.3  Cara Kerja.........................................................................................         9
 3.3.1 Sterilisasi Alat dan Aquades...................................................             9
 3.3.2 Pembuatan Media MS.............................................................          10
 3.3.3 Penanaman...............................................................................         11
           3.3.4 Pemeliharaan............................................................................         11
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
     4.1  Hasil.................................................................................................          12
    4.2  Pembahasan.......................................................................................         13

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
  5.1  Kesimpulan.......................................................................................          15
  5.2  Saran.................................................................................................          15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN      
BIODATA PENULIS
DAFTAR GAMBAR
No.                                               Teks                                                Halaman
1.    Skema pembuatan media MS...............................................................    10
2.   Inisiasi buah naga (Hylocreus costaricensis) secara in vitro..................    12






I.  PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang
          Buah Naga (Dragon Fruits) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Tengah dan Selatan yang termasuk pada jenis kaktus, tanaman ini termasuk dalam genus Hylecereus dan famili Cactocea (Sven, 2003).  Awalnya di Indonesia tanaman ini dijadikan sebagai tanaman hias karena bentuknya yang unik, eksotis serta tampilan bungan dan buah yang cantik (Kristanto, 2005).
       Secara umum buah naga sudah sering ditemui di beberapa tempat seperti supermarket, swalayan bahkan pasar tradisional dengan harga yang cukup tinggi (Rp. 20.000,- hingga Rp. 30.000,-/kilogram)(Tribun News.Com, 2018). Ketika buah naga di Sulawesi Tengah belum memasuki musim, maka ketersediaan buah naga harus diperoleh  dari luar pulau yang menyebabkan harga mencapai Rp. 30.000/kilogram. Muchlis dalam Time Indonesia, (2007). Menjelaskan, pada saat musim panen buah naga, yakni pada Desember hingga Mei di lahan seluas 3 hektar petani dapat menghasilkan 4 ton buah naga. Sementara, di bulan-bulan selain itu, petani dapat memanen 2 ton buah naga.
       Agroekologi tanaman buah naga ini cocok untuk dikembangkan di daerah Sulawesi Tengah. Pengemabangan tanaman buah naga terkendala oleh terbatasnya pengetahuan dan keterampilan petani. Demikian juga, inovasi untuk memulai usaha pembibitan belum terpikirkan oleh petani (Basri. Dkk, 2018). Petani umumnya menggunakan bahan tanaman stek untuk mendapatkan hasil yang sama dengan induknya. Akan tetapi perbanyakan bahan dengan stek batang memiliki beberapa kendala yaitu bahan stek harus berkualitas baik dan diperlukan waktu yang cukup lama untuk memperoleh bibit stek dalam jumlah besar (Mahadi, Dkk. 2013). Sehingga diperlukan suatu metode untuk menjawab kendala tersebut. Kultur jaringa merupakan salah satu metode perbanyakan bahan tanam yang dapat menghasilkan bibit yang sehat dalam jumlah yang besar pada waktu yang relative singkat.  

1.2         Tujuan Praktikum
            Adapun tujuan dari praktikum kali ini untuk mengetahui teknik inisiasi dan perbanyakan buah naga asal biji secar in vitro.
1.3         Manfaat Praktikum
   Penyusunan laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, serta bisa memberikan pengetahuan yang bisa dimanfaatkan dalam teknik inisiasi tanaman buah naga secara in vitro.Sangat diharapkan laporan ini bisa memberi manfaat yang positif untuk pembacanya.

 












II.  TINJAUAN PUSTAKA

2.1           Penelitian Terdahulu
            Suparaini, dkk (2013)  melaporkan pemberian NAA konsentrasi 1 ppm, memberikan pengaruh terbaik dengan jumlah rata-rata tunas 1,54 buah per eksplan,  sedangkan pemberian BAP 4 ppm memberikan pengaruh terbaik pada rata-rata tinggi tunas yaitu 1,52 cm per eksplan tanaman buah naga (Hylocerus costaricensis).
              Handayani, dkk. (2013) menyatakan bahwa, media yang ditambahkan BAP 3 ppm dan NAA 0,2 ppm pada posisi rebah eksplan tanaman buah naga (Hylocerus costaricensis) memberikan hasil lebih baik dengan rata-rata jumlah dan panjang tunas masing-masing 8,67 dan 1,76 cm per eksplan. Jumlah akar terbanyak pada komposisi media sama dengan posisi media tegak, yaitu 7,50 helai akar per eksplan.
2.2         Landasan Teori
2.2.1      Klasifikasi Tanaman Buah Naga (Hylocereus costaricensis)
            Tanaman buah naga (Hylocereus costaricensis) masuk ke Indonesia sekitar tahun 2000. Tanaman ini berasal dari Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Selatan bagian utara (Colombia). Meskipun demikian tanaman ini belum banyak di budidayakan di Sulawesi Tengah (Hardjadinata, 2012).
            Buah naga mengandung 83 gram air, 1,5 gram karbohidrat, 0,139 gram asama, 0,2 gram protein, 0,7-0,9 gram serat, 6,3-8,8 miligram klasium, 31,6 posfor, dan 60,4 miligram magnesium, serta 9,4 miligram vitamin C. selain itu mengandung 13-18 briks kadar gula sehingga menjadikan buah naga terasa manis (Kristanto, 2005).
         Tanaman buah naga termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki daun, perakarannya merambat dan menempel pada batang tanaman lain (epifit). Perakaran menjelang produksi buah mencapai ke dalam 50-60 cm. batangnya mengandung air dalam bentuk lendir yang berlapiskan lilin, saat tanaman dewasa dari batang akan tumbuh duri keras dan relatif pendek serta tidak mencolok, jumlah duri per spot 4-5 buah. Buah berbentuk bulat lonjong dengan
ketebalan kulit 2-3 cm, pada permukaannya terdapat jambul berukuran 1-2 cm, biji buah berbentuk bulat kecil berwarna hitam, berkulit tipis keras dengan di lapisi lendir, pada setiap buah terdapat 1.200-2.300 biji (Kristanto, 2005).

2.2.2    Kultur Jaringan

      Kultur jaringan merupakan salah satu teknik dalam perbanyakan tanaman secara klonal untuk perbanyakan masal. Keuntungan penggandaan bibit melalui kultur jaringan antara lain dapat diperoleh bahan tanaman yang unggul dalam jumlah banyak dan seragam, salain itu diperoleh biakan steril (mother stock) sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk perbanyakan selanjutnya. Untuk mendapatkan hasil yang optimum maka penggunaan media dasar dan zat pengatur tumbuh yang tepat merupakan faktor yangh penting. Kombinasi media dasar dan zat pengatgur tumbuh yang tepat akan akan meningkatkan aktivitas pembelahan sel dalam proses morfogenesis dan organogenesis (Lestari, 2011).
       Pemuliaan tanaman melalui kultur jaringan bermanfaat dalam merangsang keragaman genetik dan mempertahankan ke stabilan genetik. Selain itu kelebihan yang didapatkan dengsn teknik kultur jaringan adalah dapat mempertahankan sifat unggul yang dimiliki induknya serta dapat membiakkannya dalam waktu yang cepat dengan jumlah yang banyak. Kelemahan teknik ini umumnya masih minimmnya tenaga ahli serta infrastruktur yang belum memadai (Yunita, 2009).
         Sterilisasi merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka membersihkan objek dari virus, bakteri maupun mikroba atau organism hidup dan kotoran makro. Sterilasasi dalam kultur jaringan dapat dilakukan dengan pemanasan kering, pemanasan basah dan bahan kimia. Eksplan yang digunakan juga harus di sterilasasikan  untuk menghindari terjadinya kontaminasi, sterilisasi eksplan dapat dilakukan dengan sterilisasi fisik dan sterilisasi kimiawi (Yuliarti, 2010).
         Jenis medium dengan komposisi unsur kimia yang berbeda dapat digunakan untuk media tumbuh dari jaringan tanaman yang berbeda pula. Medium Vacient Went sangat baik untuk medium tanaman anggrek. Medium WPM bagus digunakan untuk tanaman keras. Medium MS cocok digunakan untuk tanaman semusim dan sayuran sedangkan medium Knudson C hanya cocok untuk menanam kelapa kopyor dan anggrek (Dewi et al., 2014).
2.2.3   Bahan Tanam
 Bahan tanam yang sementara ini digunakan dalam kegiatan kultur jaringan dan sering terbukti dapat tumbuh dan berkembang adalah: Sel, sel biasanya ditanam dalam bentuk suspensi dengan kepadatan yang telah ditentukan, Protoplast, biasanya juga ditanam dalam bentuk yang telah ditentukan, Jaringan meristem, jaringan yang ditanam biasanya dalam bentuk potongan organ yang terdapat pada derah-daerah pertumbuhan, Kalus, kalus ditanam dalam bentuk massa sel yang belum terdeferensiasi dan biasanya ditanam daam media induksi untuk pertumbuhan kalus, Organ, bahan yang paling umum dalam kegiatan kultur jaringan. Budidaya yang terkendali, Sifat bahan yang totipotensi saja tidak cukup
untuk kesuksesan kegiatan kultur jaringan. Prinsip dasar budidaya yang terkendali ini meliputi : Keadaan media tempat tumbuh, Lingkungan yang mempengaruhi Keharusan sterilisasi (Sukamto, 2010).
2.3       Hipotesis
            Terdapat tanaman buah naga yang lebih baik pada teknik inisiasi dan perbanyakan buah naga (hylocerus costaricensi) asal biji secara in vitro.



III.  METODE PRAKTIKUM

3.1         Waktu dan Tempat
         Praktikum mata kuliah Teknologi Perbanyakan Bahan Tanam ini di mulai pada bulan September tanggal 1 sampai 23 Oktober 2019 pukul 07:30 wita sampai dengan selesai dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu.
3.2       Alat dan Bahan
       Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Laminar air flow cabinet,Cawan Petri, Scalpel, Blade,Pinset, Botol Kultur, Pembakar Bunsen, Handsprayer, Tissue, Gelas kimia, Gelas ukur, Labu ukur, Pipet mikro, Pipet volume, Pipet tetes, Karet pengisap, Spatula, Batang pengaduk, Labu semprot, Ph meter, Hot plet, Timbangan analitik, Microwave oven, Oven, dan Auto clave.
        Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Buah Naga (Hylocereus costacinensis), media tanam MS, alkohol 70%, Spritus 500ml, detergen, Akuades, NaOH.

3.3         Cara Kerja
3.3.1      Sterilisasi Alat dan Aquades   
          Pertama tama memastikan bagian dalam laminar telahdi sterilkan dengan menyemprotkan alkohol 70% sebelum digunakan. Jalankan fan dan nyalakan lampu UV ,  tinggalkan tempat tersebut selama 30  menit, sambil lakukan sterilisasi terhadap eksplan.
           Sterilisasi aquades dilakukan dengan cara menyaring aquades sebanyak 150 ml kedalam botol steril dengan kapasitas 250 ml. Botol-botol ditutup dengan menggunakan plastik dan diikat dengan menggunakan karet gelang, atur botol dalam keranjang besi, selanjutnya masukkan dalam auto clave untuk distrilkan selama 30 menit pada suhu 121°C, dengan tekanan  17,5 psi (Serfina, dkk. 2007).
3.3.2      Pembuatan Media MS
            Pembuatan 1 liter media MS yaitu dengan menimbang 30 gram sukrosa, 0,1 myoinnositol dan dua unit agar-agar masing-masing 4 g. kemudian masukkan gula dan myoinnositol tersebut ke dalam gelas kimia 1 L. tambahkan masing-masing 20 ml larutan stok A sampai G dengan menggunkan pipet skala dibantu dengan keret pengisap atau menggunakan gelas ukur. Bilas dan tampung hasil bilasan dalam gelas kimia setiap kali mengambil bahan. Lalu tambahkan 1 ml stok vitamin menggunakan pipet mikro. Cukupkan volume media dengan aquades steril tepat 1000 ml. Homogenkan larutan dengan batang pengaduk atau magnetik stirrer.
           Setelah homogeny, ukur pH larutan, dengan mencelupkan ujung elektrode ke dalam media, sambil larutan tetap diaduk. bila pH larutan lebih kecil dari 5,7 tambah setetes demi setetes 0,5 N NaOH sampai pH tetap pada kisaran 5,7-5,8. Bila pH lebih tinggi dari 5,8 lakukan cara yang sama menggunakan HCI 0,5 N.  Setelah penetapan pH, tambahkan agar atau phytagel. Larutan akan menjadi keruh. Panaskan larutan pada suhu sekitar 80°C. Sambil terus diaduk. Hentikan pemanasan pada saat larutan menjadi bening. Tuang media kedalam botol-botol kultur yang telah disiapkan, masing-masing sekitar 25 ml. Tutup botol rapat-rapat dengan plastik, ikat dengan 2 karet gelang. Beri label pada setiap botol media, berisi kode  nama kelompok dan jenis media. Susun botol-botol media dalam keranjang autoclave. Pindahkan botol-botol tersebut ke ruang sterilisasi. Masukan ke ranjang ke dalam  auto clave, tutup rapat, lalu sterilkan pada suhu 121°C, tekanan 17,5 psi selama 15 menit. Setelah steril, matikan auto clave, putuskan alat dengan sumber arus listrik. Tunggu sampai tekanan aoutoclave mencapai angka 0 (nol) dan suhu alat cukup rendah untuk dibuka. Simpan media di tempat steril sampai siap digunakan.  
3.3.3        Penanaman
           Cuci buah naga dengan detergen , lalu bilas dengan air mengalirsebanyak 3 kali kemudian bilas dengan akuades steril. Lalu ambil bagian tengah buah, pisahkan biji dari daging buahnya . lalu masukan dalam botol kultur yang steril . kocok biji tersebut dalam larutan 15% bayclin selama 15 menit lalu bilas dengan akuades steril 3 kali . semprotkan alkohol 70%  pada permukaan botol, sebelum dimasukan kedalam laminar. Setelah 30 menit, matikan lampu UV , masukan dalam laminar bahan tanam yang telah steril, alat-alat diseksi seperti scalpel, blade, dan pinset , cawan petri, pembakar bunsen, botol berisi spritus, botol kosong , dan botol media yang semunya tealah disemprotkan alkohol. nyalakan pembakar bunsen setelah dipastikan alkohol telah kering . buka pembukus scalpel dengan pinset. Masukan scalpel dan pinset dalam botol kosong . pasang mata pisau pada gagangnya. Celupkan scalpel dan pinset dala spritus lalu lewatkan pada api bunsen. Simpan dalam botol spritus.buka tutup botol eksplan dekat lampu bunsen . tanam sekitar 35 biji dengan meletakan biji steril tersebut di atas media dengan bantuan pinset. Tutup botol rapat rapat kemudian kencangkan dengan karet  gelang yang telah disemprot alkohol.
3.3.4       Pemeliharaan
             Beri label pada botol lalu pindahkan pada rak pemeliharaan pada kondisi cahaya penuh kemudian lakukan pengamatan ada tidaknya kontaminasi dan pertumbuhan  eksplan pada 3 dan 10 hari pada kultur.bila terjadi kontaminasi,segera keluarkan kultur dan sterilkan kultur tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1       Hasil
Dari hasil praktikum maka diperoleh hasil sebagai berikut :



           
Gambar 2. Inisiasi buah naga secara in vitro


4.2     Pembahasan
     Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh dapat terlihat bahwa, eksplan tanaman buah naga (Hylocereus costaricensis) yang ditanam pada media MS berhasil tumbuh dengan baik dan memperlihatkan kemampuan tumbuh yang normal. Hal ini dapat dilihat pada kisaran 1 minggu (7 hari) setelah penanaman, eksplan buah  naga telah tumbuh dengan baik seperti yang terdapat pada gambar di atas. Dengan demikian, proses kultur jaringan yang dilakukan tergolong berhasil. Keberhasilan kultur jaringan pada tanaman buah naga tidak lepas dari tingkat kesterilan alat, bahan dan praktikan yang melakukan penanaman eksplan. Apabila alat dan bahan yang digunakan pada proses kultur jaringan tidak steril maka eksplan akan dengan mudah terkontaminasi oleh jamur maupun bakteri, sehingga tingkat keberhasilan kultur jaringan akan menurun dan tergolong gagal.
       Penggunaan teknik inisiasi buah naga secara in vitro  ini, sangat mempermudah kita dalam menghasilkan bibit yang tahan akan penyakit dan dalam kurun waktu yang tergolong cepat kita dapat menghasilkan bibit buah naga yang banyak dibandingkan dengan metode stek batanhg yang sering digunakan para petani.
          Alat-alat yang dipakai ketika penanaman harus dalam keadaan steril. Alat-alat logam dapat disterilkan didalam auto clave. Alat tanam seperti: pinset dan gunting dapat juga disterilkan dengan pembakaran atau dengan pemanasan, namun pisaunya (blade) dapat menjadi tumpul bila dipanaskan dalam suhu tinggi, oleh karena itu untuk bladenya dianjurkan cara sterilasasi dengan pencelupan dalam alcohol atau larutan kaporit (Syahmi edi, 2007).
     Untuk itu sterilisasi ruangan juga amtlah penting dilakukan karenma bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang aseptik dan menghilangkan mikroba maupun spora penyebab kontaminan (Sandra, 2002).
Kultur jaringan adalah suatu teknik untuk mengisolasi bagian tanaman, baik organ, sel, maupun protoplasma yang kemudian harus di tumbuhkan dalam suatu media buatan yang kondisi aseptik, terkendali dan steril sampai membentuk tanaman utuh kembali (Basri, 2004).










  




V.  KESIMPULAN DAN SARAN
5.1        Kesimpulan
         Dari hasil praktikum mata kuliah teknologi perbanyakan bahan tanam yang telah di lakukan maka dapat di simpulkan bahwa eksplan tanaman buah naga (Hylocereus costaricensis) yang ditanam pada media MS berhasil tumbuh dengan baik dan memperlihatkan kemampuan tumbuh yang normal. Hal ini dapat dilihat pada kisaran 1 minggu (7 hari) setelah penanaman,

5.2      Saran
           Pada praktikum inisiasi dan perbanyakan Buah Naga (HylocereusUndatus) Asal Biji Secara In Vitro yang akan datang agar memperoleh hasil yang lebih maksimal agar memperhatikan kesterilan alat yang digunakan serta menguasai metode cara kerja pembuatan media ms.










DAFTAR PUSTAKA

Dewi I, Purwoko BS, Aswidinnor H, Somantri IH. 2014. Kultur Altera Padi pada beberapa formulasi media yang mengandung poliamin. Jurnal Bioteknologi Pertanian 9(1): 14-19
Basri, Z. 2004. Kultur Jaringan tanaman. Universitas Tadulako. Press. Palu
Hardjadinata, Sinatra. 2012. Budi Daya Buah Naga Super Red Secara Organik Cetakan ke III. Jakarta: Penebar Swadaya Group.
Kristanto, D. 2005. Buah Naga Pembudidaya di Pot dan di Kebun. Penebar Swadaya, Jakarta.

Lestari Endang. G. 2011. Peranan Zat Tumbuh dalam Perbanyakan Tanaman melalui Kultur Jaringan. Jurnal AgroBiogen 7 (1).

Sandra, Edhi. 2002. Kultur Jaringan Anggrek Skala Rumah Tangga. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Serfina, R. . Mulkarina dan Riza L. 2007. Respon Pertumbuhan Tunas Lidah Buaya (Aloe Barbadensi mill). Dengan penambahan ekstrak Touge dan BAP (Benzylamino Purine protobioni). 6(3): 142-146

Sukamto, LA. 2010. Kultur in vitro endosperma, protocol yang efisien. Jurnal Agrobiogen 6(2): 107-112.

Syahmi edi. 2007. Kultur Jaringan Tumbuhan. Diakses pada 21 oktober 2007

Yuliarti, Nurhaeti. 2010. Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga. Yogyakarta: Lily Publisher.

Yunita R. 2009. Pemanfaatan variasi somaklonal dan seleksi in vitro dalam perakitan tanaman toleran cekaman abiotik. Jurnal Litbang Pertanian 28(4): 142-148.





Komentar